3:28 AM

When She's With Me

Posted by Anonymous |

Sayang, kamu tahu nggak sih seperti apa si bungsu saat berduaan bersamaku? Kalau saatnya menonton TV bersama, dia pasti akan menjerit-jerit memanggilku untuk duduk di sampingnya. Apalagi kalau dia sudah tahu bakal ada adegan seram seperti di Brother Bear atau Land Before Time. Yeah kalau sudah dekat di bagian yang ada mati-matinya itu, dia pasti akan menarikku lebih dekat dan menyelipkan kepalanya di lenganku, sambil sesekali mengintip ke layar televisi. Kadang-kadang kalau aku ketiduran saat menemaninya nonton, dia akan menepuk-nepuk pipiku (atau kadang sampai menampar) untuk membangunkanku. “Tante, tante, liat... liat Petrie!” Sambil tangannya mendorong-dorong wajahku supaya melihat TV.

Saat makan malam juga salah satu momen aku dan dia. Kamu tahu nggak dia nggak suka bagian tengah wortel, kecuali kita tipu dia dengan menghancurkannya? Hihihi. Lalu kalau makanannya sudah hampir habis, dia sering menipuku dengan bilang sudah kenyang lalu lari ke sofa. Kemudian aku harus menyuapinya di sana sambil dia lanjut nonton TV. Ah, anak ini maniak TV seperti tante maminya...

Hm, kamu tahu? Kalau di parkiran mobil, dia langsung memanjat ke tubuhku minta digendong. “The car's coming, Tante Mami.” Lalu sembari berjalan, biasanya aku dan dia akan ngobrol kecil, “Do you love, Tante?” Kadang kalau di hari baik jawabannya “Yes.” Lalu dia akan menciumku. Di hari nakal, dia akan bilang, “No.” Lalu dia akan geleng-geleng menggodaku. Tapi biasanya dia tidak pernah menolak kalau kubilang, “Kiss, Tante.” Dengan mulutnya yang basah dia akan mendaratkan ciuman di pipiku. Mwwuaaaahhh... Aku pernah bilang padamu, kan? Disayang oleh anak seperti ini rasanya seperti sungguh-sungguh disayang dengan tulus, dan membuat kita seperti habis menelan pil bahagia.

Sayang, kamu tahu nggak sih? Kalau di kantor tuh aku udah join “the mami-mami” club. Kami bicara soal preschool, makanan balita, di mana membeli goodie bag untuk ultah anak, susu anak, imunisasi, dan entah apa lagi. Oya, mendadak ingat, si bungsu pernah beberapa kali meneleponku saat kamu tidak di rumah? Cuma untuk bertanya, “Tante Mami kapan pulang? Aku mau nonton DVD Strawberry Shortcakes nanti sore... Cepetan pulang ya nanti. Nggak boleh lama-lama di kantor.” Begini mungkin rasanya punya dua mami. Ada satu mami lagi yang selalu siap diberi perintah oleh our little princess.

@Alex, RahasiaBulan, 2009

1:37 AM

The L Word

Posted by Anonymous |

Lesbian. Lips. Limoncello. Lewd. Lonely. Living. Lazy. Leap. Light. Life. Lean. Lame. Listen. Long. Liberty. Linger. Lie. Literary. Lakhsmi. Love.

12:03 AM

Apa Rasanya Tanpamu, Sayang?

Posted by Anonymous |

Awal tulisan ini bisa dibaca di blog kekasihku, www.treeofheart.blogspot.com

...

Si bungsu membuat timbangan ketenangan dalam hidup kami menjadi miring. Teriakan "Tanteeeeeeeeee...!" atau "Mamiiiiiiiii...!" di saat kedua maminya sedang ingin bermesraan di kamar menghilangkan rasa syahdu yang tercipta. Teriakan yang kalau didiamkan akan diulangnya terus-menerus sampai salah satu dari kami keluar dan menemaninya nonton TV atau bermain. Beda dengan si sulung yang bisa duduk tenang berjam-jam di depan TV atau membaca buku.

Bila pergi keluar berempat saya seakan harus punya empat pasang tangan tambahan dan delapan pasang mata lagi. Bisa jadi saat sedang asyik berjalan di mal tahu-tahu dia ingin merebut balon yang dipegang anak lain hanya karena warnanya pink, dan pink adalah warna favoritnya. Kegemarannya untuk cuci tangan SENDIRI juga sering membuatnya memanjat wastafel restoran, oya plus mengeringkan tangan dengan dryer yang membuat dryer itu meniupkan angin hingga ke rambutnya yang berkibar-kibar seperti model iklan sampo. Memiliki dua mami ketika dia kepingin pup di tempat umum membuatnya bisa memilih mami mana yang mau dikerjainya, "I want to pup with mommy!" Fiuh, lega... Besoknya, "Pokoknya aku mau pup hanya dengan Tante!" Hhh, tolong...

Seandainya tidak ada si bungsu, pasti saya dan maminya akan bisa punya lebih banyak waktu berduaan, bermesraan, bersayang-sayangan. Dua anak berarti double trouble, otak selalu siaga untuk melerai pertengkaran dua anak manis ini yang seringnya diiringi derai air mata dan bujukan-bujukan buat dua anak itu. Saya harus bersikap menjadi wasit, plus pelatih, plus cheerleader pada saat bersamaan.

Bersama bungsu, hidup memang menjadi berbeda. Tidak ada lagi ketenangan yang diimpi-impikan. Namun, sumpah mati, merenungkan kembali apa yang terjadi setiap kali malam telah tiba, kenakalan-kenakalannya itu menjadi buah kebahagiaan tersendiri. Segala hal kecil dari dirinya, kekeraskepalaannya, kelucuannya, keisengannya jelas tidak menjadikan kami manusia sempurna, tapi menjadikan kami manusia yang lebih baik untuk dirinya.

Mamimu yang satu lagi pernah bertanya, "Menyesal nggak punya hidup seperti ini?" Huh, mamimu itu pasti lagi ngaco kalau nanya seperti itu, karena setiap kali membayangkan seperti apa rasanya tanpamu, Sayang? Dunia pasti kering, hampa, sepi, nggak lucu, dan kami akan tuli oleh keheningan yang memekakkan telinga.

@Alex, RahasiaBulan, 2009

11:38 PM

Bagaimana Kalau Keponakanmu Ternyata Gay?

Posted by Anonymous |

Saya baru saja menerima informasi mengejutkan. Keponakan saya yang masih remaja ternyata gay. Saya terbengong-bengong selama beberapa saat ketika mendapat informasi tersebut. Saya bengong. Garuk-garuk kepala. Mulut ternganga. Now what?

Tidak, tidak, dia tidak coming out langsung pada saya. Ribet memang urusannya. Sedetik saya panik, deg-degan setengah mati. Apakah Mami Papinya tahu dia gay? Apakah dia baik-baik saja?

Oke, ini mungkin cuma kepanikan seorang tante pada keponakannya. Umur saya memang dua kali lipat persis umurnya tapi tidak berarti kedewasaan saya dua kali lipat umurnya juga. Bisa jadi dia malah lebih dewasa dan tenang daripada saya ketika saya seusianya dan menyadari bahwa saya juga gay.

Saya memang tidak akrab dengan keponakan saya ini. Tapi sejak dia berumur sepuluh tahun, saya punya firasat bahwa dia gay. Tapi ketika kenyataan menghantam, saya tak kurang terkejutnya.

Untuk pertama kalinya saya kebingungan. Masalahnya juga dia tidak coming out pada saya. Saya bingung antara harus bereaksi “tidak tahu”, “tahu” atau “tidak peduli”. Sungguh saya bingung. Hhh... Kalau tiba waktunya dia akan bicara pada saya, dengan senang hati saya akan mendengarkannya.

Tapi untuk sementara ini, saya hanya bisa berharap dia baik-baik saja. Tidak ada orang yang menyakitinya. Tidak ada orang yang mengatai-ngatainya. Tidak ada orang yang memukulinya. Hanya karena dia gay.

Jika sekarang dia sedang jatuh cinta, saya harap cinta pertamanya tidak membuat dia hancur sampai remuk saat patah hati pertama bakal dirasakannya. Saya berharap dia bisa menemukan teman bicara jika dia membutuhkannya. Saya berharap orang-orang yang menyayanginya tetap menyayangi dia apa adanya. Saya berharap bila saatnya tiba dia bisa menemukan pasangan yang baik dan mencintainya sepenuh hati.

Dan terutama, saya berharap dia bisa punya hidup yang indah dan bahagia.

@Alex, RahasiaBulan, 2009

Subscribe