Kalau Kaulupakan Aku
(Pablo Neruda)
Aku mau kau tahu
satu hal.
Kau tahu bagaimana rasanya:
kalau aku memandang
bulan kristal, di ranting merah
musim gugur yang bergerak lambat di jendelaku,
kalau aku sentuh
di dekat perapian
abu lembut
atau tubuh keriput kayu,
semuanya membawaku padamu,
seolah semua yang ada,
aroma, cahaya, logam,
adalah kapal kapal kecil
yang berlayar
menuju pulau-pulaumu yang menungguku itu.
Jadi, sekarang,
kalau sedikit demi sedikit kau berhenti mencintaiku
aku akan berhenti mencintaimu sedikit demi sedikit.
Kalau tiba-tiba
kau melupakanku
jangan cari aku,
karena aku pasti sudah akan melupakanmu.
Kalau kau pikir panjang dan gila
angin panji panji
yang berlalu dalam hidupku,
dan kauputuskan
untuk meninggalkanku di pantai
hati di mana akarku berada,
ingatlah
hari itu juga,
jam itu juga,
aku akan melepaskan tanganku
dan akarku akan berlayar
mencari negeri baru.
Tapi
kalau setiap hari,
setiap jam,
kau rasa kau memang ditakdirkan untukku
dengan kelembutan yang tak terkira,
kalau setiap hari sebuah bunga
naik ke bibirmu mencariku,
ah sayangku, kekasihku,
dalam diriku semua api itu akan terbalas,
dalam diriku tak ada yang akan padam atau terlupakan,
cintaku hidup dari cintamu, kekasihku,
dan selama kau hidup cintaku akan terus dalam
rangkulanmu
tanpa meninggalkanku.
-terjemahan Saut Situmorang
Beberapa minggu sebelum Valentine, saya mencari-cari puisi yang saya rasa pas untuk kesempatan ini. Tadinya saya tidak melirik puisi Pablo Neruda, karena saya pernah mengirimi Lakhsmi puisi Pablo Neruda yang diterjemahkan dengan istimewa oleh sahabat saya. Saya juga tidak berniat mengiriminya puisi Sapardi karena alasan personal yang tidak bisa saya sebutkan di sini, hehehe.
Saya beralih ke Rilke atas rekomendasi sahabat, tapi saya pernah memberinya Rainier Marie Rilke untuk ulang tahun. Ah, masa Rilke lagi? Nggak pernah saya bayangkan bahwa urusan mencari puisi untuk partner bisa jadi ribet dan rumit. Nyaris saya menulis puisi sendiri, yang sudah saya coret-coret sampe nggak keruan. Biarlah puisi itu disimpan dulu untuk nanti di acara khusus lain.
Beberapa nama penulis saya cari-cari puisinya. Jokpin, Lan Fang, Andrei Aksana. Ah, nggak ada yang cocok. Hampir juga saya memilih salah satu puisi Federico Garcia Lorca dan Walt Whitman, hingga akhirnya saya berpulang ke favorit saya, Pablo Neruda. Saya pernah membaca versi bahasa Inggris puisi di atas, tapi terjemahan Saut Situmorang "mengganggu" saya terus-terusan. Saya nggak mau puisi yang terlalu mendayu-dayu atau terlalu manis sampai bikin muntah. Puisi Neruda ini saya anggap puisinya yang paling realistis dan cocok untuk kami.
Eniwei, aku cuma mau bilang Happy Valentine, Darlin'. Sori aku harus kerja pas Valentine... :D
@Alex, RahasiaBulan, 2009
Club Camilan
12 years ago
2 comments:
wah..saya suka terjemahannya saut situmorang yg ini..:d, izin copy paste ya buat dibaca2 sambil cengar cengir...salam kenal
waaaa..
r0mantis banget..
hhu
saya jadi makin ngefans ma kk b'dua..
Post a Comment