1:25 PM

Buku: Detik Terakhir (Jangan Beri Aku Narkoba)

Posted by Anonymous |

Hal pertama yang terlintas ketika membaca sinopsis di sampul belakang Detik Terakhir (Jangan Beri Aku Narkoba) adalah… “Hmmm, ada lagi satu buku yang mengeksploitasi lesbian dalam karya fiksi.” Karena kebetulan tokoh utama novel karangan Alberthiene Endah ini adalah seorang perempuan lesbian bernama Arimbi yang juga merupakan pecandu narkoba.

Buku ini ditulis dengan gaya laporan wawancara dengan Arimbi di panti rehab yang menceritakan kisah hidupnya kepada seorang wartawan. Kisah hidup Arimbi tertuang sangat lancar sehingga sulit bagi kita untuk meletakkan buku ini sebelum selesai. Halaman demi halaman menunturkan kisah hidup Arimbi yang anak orang kaya dan memiliki orangtua yang punya nama besar. Orangtua yang tampak harmonis dan bahagia meskipun di dalamnya bobrok dan saling menyakiti. Arimbi jadi anak yang bingung, apalagi ketika perlahan-lahan kesadaran bahwa dirinya beda dengan cewek-cewek lain mulai merayap masuk ke dalam kesadarannya. Hingga ia mulai berkenalan dengan narkoba di masa SMU, dan akhirnya jadi pecandu berat.

Narkoba juga yang mengenalkan Arimbi pada Vela, gadis yang yang dicintainya. Gadis yang membuatnya rela melakukan apa saja asal bisa bersamanya. Cintanya pada Vela pula yang menyebabkan ia mati-matian ingin melepaskan diri narkoba dan kehidupan yang dibencinya.

Mempertanyakan apakah Arimbi jadi lesbian karena narkoba, atau apakah karena narkoba Arimibi jadi lesbian, sama dengan mempertanyakan paradoks ayam atau telur, mana yang lebih dulu muncul?

Tidak hanya mengupas hubungan cinta antara dua perempuan, Alberthiene Endah yang biasa dipanggil AE, juga menceritakan perbedaan tentang si kaya dan si miskin. Arimbi yang berduit bisa menikmati panti rehabilitasi narkoba yang mewah ala hotel bintang lima, sementara Vela harus “menikmati” panti rehab ala penjara yang penuh kekerasan.

AE menulis buku ini dengan irama yang teratur, membuat kita bisa merasakan gejolak Arimbi yang marah pada dunia dan orang-orang sekitarnya. Marah pada keadaan yang tidak ramah pada dirinya dan Vela. Makin lama saya baca Detik Terkahir membuat saya harus menelan dugaan awal saya tentang buku ini karena ini adalah buku yang amat sangat bagus, namun sayangnya difilmkan dengan hasil yang amat mengecewakan.

Untunglah, tidak hanya saya seorang saja yang menganggap ini buku yang bagus, karena Jangan Beri Aku Narkoba berhasil jadi pemenang Adikarya Ikapi th. 2005 untuk buku remaja terbaik.

catatan: Novel Detik Terakhir ini pertama kali diterbitkan dengan judul Jangan Beri Aku Narkoba th 2004, lalu dicetak ulang pada th 2006 dan judulnya diganti menjadi Detik Terakhir (sama seperti film jelek yang diperankan oleh Cornelia Agatha dan Sausan)

0 comments:

Subscribe