12:05 AM

Opini: Halo Apa Kabar, Sama Siapa Sekarang?

Posted by Anonymous |

Saya menelepon seorang sahabat lesbian yang sudah lama tidak menjalin kontak dengan saya. Setelah mengobrol basa-basi menanyakan kabar dan lain sebagainya, keluar pertanyaan, “Ngomong-ngomong, kamu sama siapa sekarang?” Dan berceritalah dia dengan siapa dia “sekarang” menjalin hubungan.... blah-blah-blah. Ditambah cerita dengan mantannya plus pertanyaan balik darinya, “Elo masih sama yang dulu itu?”

Maka kami pun bertukar cerita, tentang sama siapa dia dan sama siapa saya, dan, pertanyaan tentang, “Oya, kalo si anu masih sama si itu? Wah, mereka udah lama juga ya...” Blah-blah-blah, dan akhirnya kami menutup obrolan setelah 15 menit berlalu.

Saat gagang telepon ditaruh, saya jadi merasa obrolan ini memiliki nuansa déjà-vu. Ini bukan pertama kalinya saya mengobrol dengan sesama teman lesbian yang sudah lama kehilangan kontak (maksud lama di sini adalah lebih dari 6 bulan--red). Dan dalam setiap obrolan itu, 99% pertanyaan yang pasti muncul adalah: “Sama siapa sekarang?” atau pertanyaan-pertanyaan turunannya seperti, “Elo masih sama yang itu?” “Eh, si itu (itu = nama mantan) gimana kabarnya? Sama siapa dia sekarang?”

Saya berusaha berpikir dalam konteks hubungan saya dengan sahabat-sahabat heteroseksual saya. Kenapa saya nyaris tidak pernah menanyakan pertanyaan, “Eh, udah lama nggak ketemu. Sama siapa lu sekarang?” Dan membuat saya bertanya, Apakah benar hubungan gay/lesbian tidak ada yang bersifat langgeng?

Tidak kok, saya tidak sinis. Ini cuma sharing pengalaman saja. Tulisan ini tidak bermaksud menyatakan bahwa hubungan lesbian identik dengan gonta-ganti pasangan dan tidak bisa langgeng mempertahankan hubungan. Tidak, sama sekali tidak. Saya yakin kok di luar sana banyak pasangan lesbian yang bisa menjalin hubungan jangka panjang.

Tunggu dulu, ngomong-ngomong soal hubungan jangka panjang, pernah dengar “teori” lesbian years = dog years? Konon satu tahun umur manusia sama dengan tujuh tahun umur anjing. Dan ada semacam “teori” pula bahwa masa hubungan pasangan lesbian juga harus dihitung seperti itu. Jadi satu tahun hubungan pasangan lesbian sama dengan tujuh tahun masa hubungan pasangan heteroseksual. Dan kalau sudah tujuh tahun berpasangan, siap-siaplah untuk merayakan kawin emas.:) Jadi dengan teori ini, mungkin kita harusnya bangga... atau malah miris ya?

Meminjam seorang sahabat saya, di sini saya tidak bisa “Meletakkan telunjuk saya di bagian yang retak.” Saya tidak tahu di mana bagian yang salah. Mungkin untuk memperbaikinya mulai sekarang kita harus mengubah kerangka berpikir kita. Mungkin sudah saatnya kita mulai bertanya, “Halo apa kabar? Kapan nih undangannya?”


3 comments:

Anonymous said...

bodoh ! mana ada pasangan lesbi ada ditanyain kapan undangannya ! so stupid !

Anonymous said...

Teman lesbian daku pernah tuh kasih undangan kepadaku ngajak aku makan-makan sekalian mendengar pernyataan deklarasi cintanya kepada pasanganya. Mirip-mirip pernikahan gitu deh, tapi tanpa surat, hanya sekadar syukuran. Di mana letak bodohnya memberi undangan, Mbak? Aku rasa kasih undangan nggak stupid sama sekali deh!

Truth Hurts said...

Hmmm.... Mungkin karena sebagian besar hubungan lesbian (at least the ones that i know..) itu memiliki proses yang berbeda dengan hubungan hetero.
Lesbian : Ketemu - suka sama suka - menyatakan cinta - proses pengenalan pribadi. Sedangkan Hetero : Ketemu - pengenalan pribadi - suka sama suka - menyatakan cinta...
Bener gak sih, atau ternyata ini cuma salah satu teori ngawur yang ada di kepalaku aja... :P

Subscribe