12:41 AM

Visibilitas Homoseksual di Layar Kaca

Posted by Anonymous |

Sepuluh tahun lalu, tak sekali pun saya pernah bermimpi bisa menyaksikan serial televisi seperti Queer as Folk dan The L Word. Dalam mimpi paling liar pun tak pernah. Kini dua tayangan ini bisa kita peroleh di lapak-lapak penjual DVD di kota-kota besar di Indonesia atau Anda bisa beli DVD originalnya. Saya ingat pertama kali saya menonton serial TV yang menampilkan tokoh gay. Steven Carrington dalam serial Dynasty. Yang walaupun gay, entah bagaimana bisa juga tidur sama perempuan dan (kalau tidak salah) akhirnya punya istri dan anak. Aneh.

Pertama kali saya melihat sepasang perempuan berciuman di televisi kalau tidak salah dalam serial LA Law, tapi saya lupa siapa dengan siapa. Tokohnya juga tidak penting banget tapi saya kaget setengah mati waktu menontonnya. Maklum deh, namanya juga anak SMP yang lugu (:p) jadi masih gampang terkejut melihat hal-hal semacam itu.

Kemudian seiring berjalannya waktu saya termasuk orang yang menantikan Xena, The Warrior Princess setiap minggu di SCTV pada tahun 1990-an. Tiap minggu saya menunggu apakah Xena dan Gabrielle akhirnya “jadian”. Wuiiih, setiap kali ada adegan Xena dan Gabrielle yang nyaris-nyaris ciuman gitu, saya udah menahan napas.

photo: Brooke Palmer

Namun sekarang, setelah melihat adegan demi adegan gay/lesbian dalam Queer as Folk dan The L Word, saya tersadar. Seakan selama ini saya masih menahan napas menunggu, dan kini saya bisa melepaskannya. Lega!

Queer as Folk
dan The L Word merupakan dua tayangan yang disiarkan oleh Showtime di Amerika Serikat sana. Queer as Folk merupakan adaptasi dari serial dari Inggris berjudul sama. Tokoh utamanya adalah lima lelaki gay, Brian, Michael, Justin, Emmett, dan Ted. Bersetting di Pittsburgh, Amerika Serikat, Queer as Folk mengisahkan persahabatan, cinta, seks, dan kehidupan lelaki-lelaki gay ini. Plus sepasang lesbian bernama Mel dan Lindsay. Serial ini pertama kali tayang pada tahun 2000 dan habis masa tayangnya pada musim tayang kelima tahun 2005.

Episode pertama Queer as Folk dimulai ketika Justin berkenalan dengan Brian, lelaki player yang prinsipnya "fuck everything that moves". Episode satu ini berakhir dengan kelahiran Gus putra Lindsay hasil benih dari Brian. Maklum deh, pada masa tahun 2000-an itu kan sedang tren pasangan lesbian punya anak entah dari inseminasi buatan atau meminta sperma sahabat lelaki mereka.Cerita terus berlanjut dan saya tidak mau membuat ringkasan 83 episode dari 5 season Queer as Folk di blog ini. Jika mau tahu lebih banyak silakan lihat di sini.

Dari Queer as Folk, muncul semacam kegelisahan dari kalangan lesbian, yang merasa bahwa Mel dan Lindsay tidak cukup untuk merepresentasikan “wajah” lesbian di layar kaca. Kemudian produser Ilene Chaiken mengajukan The L Word kepada pihak Showtime dan seperti yang mereka bilang, “selanjutnya adalah sejarah”.

The L Word berkisah tentang enam perempuan lesbian, yaitu Bette, Tina, Dana,
Alice, Jenny, dan Shane. Dalam The L Word, kita bisa melihat sekelompok lesbian di Los Angeles yang saling bersahabat ala cewek-cewek di Sex and the City. Sejak pertama kali ditayangkan oleh Showtime pada 18 Januari 2004, The L Word mendapat banyak perhatian tidak hanya bagi penonton lesbian, tapi juga bagi penonton heteroseksual. Kenapa? Karena Shane itu cooooool banget gitu lho (ini jawaban teman sekantor saya yang straight tapi jadi fans The L Word, meskipun dia terlalu malu mencantumkannya di Friendster, hahaha...).
photo: James Dittiger
Kisah dalam season 1 dimulai ketika Bette dan Tina berusaha mencari calon ayah untuk bayi mereka (hhh, please ya buat yang mau bikin film lesbian, pleaseeeeee jangan topik ini lagi yang diangkat). Dana pemain tenis yang masih in-the-closet. Alice jurnalis yang biseksual. Jenny yang (masih) bingung dengan orientasi seksualnya. Dan Shane si cool yang bisa bikin cewek-cewek kelepek-kelepek hanya dengan tatapan mata dan senyumnya... arrrggghhh. Sekali lagi, silakan klik ini jika ingin tahu lebih banyak tentang jalan cerita The L Word.

Saya lebih ingin berbagi cerita tentang pengalaman menonton kedua serial ini. Pertama kali yang saya tonton adalah Queer as Folk dan saya hampir pingsan sewaktu melihat betapa banyaknya full frontal nudity yang ditampilkan dalam episode satu, season satu Queer as Folk. Wow! Buat saya ini pengalaman baru. Sumpah! Saya ibarat gadis lugu dari kampung dan pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta, yang kagum melihat lampu-lampu di Jalan Thamrin lengkap dengan Monas dan air mancurnya. Tapi yang lebih penting buat saya adalah betapa jujurnya kisah dan tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam tayangan ini. Mereka bukan lagi jadi tokoh basa-basi yang jadi tempelan di serial televisi.

Setelah Queer as Folk, semangat saya makin menggebu menantikan The L Word. Tanyakan pada penjual DVD langganan saya di Mangga Dua, betapa bersemangatnya saya menunggu DVD-nya muncul (Bahkan lebih bersemangat dibanding saya menunggu season finale Buffy the Vampire Slayer.:p). Oke, kesan pertama adalah "I Love JB" alias Jennifer Beals. Dia jadi magnet untuk serial ini seperti Heather Locklear jadi magnet dalam Melrose Place. Namun selain JB, Shane yang cool atau Jenny yang menyebalkan biasanya jadi bahan obrolan saya dan teman-teman sekantor sewaktu makan siang setelah mereka habis menonton DVD The L Word yang saya pinjamkan pada mereka.Oya, kata teman saya, cewek-cewek dalam The L Word bajunya juga bagus2, meskipun masih lebih bagus Sex and the City. (Halaaaaaah, penting nggak sih???)

photo L Word: Max Vadakul

Dari segi cerita, saya merasa Queer as Folk lebih menampilkan cerita yang lebih "berisi" dibanding The L Word. Banyak isu berat yang muncul di serial ini, misalnya tentang HIV/AIDS, homofobia, gay-bashing, narkoba, dan beberapa isu tentang keluarga homoseksual. Dalam The L Word, meminjam istilah partner saya, dia bilang, The L Word itu memberi kesan bahwa cewek-cewek ini heterofobia karena tidak bergaul di luar lingkup komunitas lesbian. Walaupun saya tidak setuju-setuju amat, tapi anggapan ini mungkin terjadi karena The L Word lebih banyak bercerita "ke dalam" lingkaran persahabatan mereka sendiri dibanding mengangkat isu-isu yang menyentuh kehidupan di luar lingkaran hidup kalangan lesbian itu sendiri. Sejauh ini saya baru menonton sampai season 2, dan topik-topik yang diangkat dalam The L Word masih berputar pada rebutan pacar, kepingin punya anak, dan masalah psikologis Jenny (Sorry, but I hate Jenny...). Namun demikian saya tetap bakalan menunggu season-season selanjutnya, yang konon kata penjual langganan saya, "Season 3 belum ada, mungkin bentar lagi, Bu." Dan saya juga bakalan harap-harap cemas menantikan season 4 yang konon bakal diputar awal tahun 2007.

Jujur saja, sebelum saya menonton Queer as Folk dan The L Word, terutama Queer as Folk, tadinya saya pikir cuma serial biasa. Namun apa yang ditampilkan dalam kedua serial ini makin membuka mata saya tentang kehidupan gay, yang meskipun saya tahu ini merupakan kisah fiksi, tapi "kena" banget dalam kehidupan sehari-hari yang saya lihat dalam kehidupan nyata. Kedua tayangan ini memberikan visibilitas yang makin jelas tentang kehidupan homoseksual. Visibilitas yang menunjukkan keberadaan kita sebagai lesbian/gay/biseksual/transeksual di muka bumi ini. Keberadaan yang bukan dimaksudkan untuk jadi sesuatu yang menarik perhatian atau diistimewakan tapi berharap bisa jadi sesuatu yang umum, sesuatu yang sama biasanya dengan keberadaan manusia lain di muka bumi ini.


3 comments:

Anonymous said...

hmm L word make me realise that im not straihgt even awalnnya ksalahan mmbeli dvd (dipikirya kyk sex&the city) dan akhirnya nyandu till the last seasons (oo yah ga smpet nonton seasons6 nya dah dipatahin i wanna be straigtht ... huehehe

Anonymous said...

Hi, im new here...hope its not to late to make any comment..1st time i heard bout L-word approximatly 5 years ago,on that time xena,buffy,charmed and gilmore girls are my fave serials..they all hv something in common which is all very tough women..two thumbs up ladies :)

L-word is something that never crossed in mind, well buying those dvd? where could i find it? what my mother would say..then i prefer just let it go, pressing it into my subconcius..but then stranger woman came to me and gave it..i got suprised but not for long then i turn in on and u know what? im so amaze..i really like shane she is so cool,nice and loveable..love tibbette they are meant to be together..the sexiest woman alive carmen (just love when she dances in front of shane)she is doing it with true heart..and i love dylan (alexandra hedison), okay..i know that she was a gold digger but that because of her bf who told her to do so..we all can see that she is really in luv with helena (plz helena forgive her he3x).

when it comes to compare i know i could'nt say more because i never see queer folk, im gonna find it, watch it and write again to u :) -suzieswan-

Anonymous said...

Ok i know this blog are for lesbian.. After all i'm a straight, pretty sure :)
I just wanna share my experience with both drama. First drama i watched was L Word, it was a coincident i began watch the series in youtube. At that time i was a huge fan of mita the virgin, that's why i started to have more interest to lesbian life. I began read sepoci kopi too :)

First i began interested with shane. I have been watching almost (if i'm not forget)all the shane scene from youtube. Huge fan of shane mccutheon and kate moennig. About the whole storyline, i'm end up in the third seasond, and continue only for shane scene, until the final season. Why? because i'm getting boring, after dana died, and shane canceled the wedding, and tibette broke up. For me the interest curve is getting low and lower. And i was realized that all of the storyline is not strong enough to being remarkable in my mind. Except for the shane character until the 3rd season. The storyline is not strong and truthful enough.

And after months, yay i found Queer as Folk. I don't even remembered how i can get into this series in youtube. I can say that this series is so beutiful. I even like the end of the story, it was sad though, but has strong and remarkable ending. I even started to watch all over again. Brian and Justin sex, yes i admit that it was quite interesting and kept my eyes open to this series. But it's not all about sex. Every story has meaning, every character was strong, and the whole character grown up until the final season. The issue their bring even can make a hetero person like me can have more understanding about the homosexual life, and started to bring more gayfriendly in this life. Yes, maybe i'm not homosexual, but i won't judge homosexual anymore. In the past I really didn't like boys like girls, the flamboyant one, i thought their sort of digusting. But now, i'm really regret for what i thought before, for being such a superficial person and homofob. I even begin to be more convided that i'm a straight. I love man, and wanna spend the rest of my life with Mr.Right. About what i like in woman, it's not a sexual attraction, just a kind of adoring handsome cool woman like mita or kate.

Love is for all people :D

Subscribe