“What do stars do? They shine.”
-Stardust
-Stardust
Bintang kehilangan pudarnya seketika. Ketika mendongak, dia tidak bisa melihat sang naga dan putri dari balik jendela dari tempatnya berdiri di bawah. Mendadak segala yang ada di sekeliling bintang berubah.
Sosok badut yang dilihat bintang tertawa-tawa sambil memegangi perutnya. Giring-giring di kakinya bergemerencing saat dia sedang tertawa. Bintang terkejut ketika perlahan-lahan sosok badut berubah, menjadi lebih langsing, berhidung panjang, dan bermata besar. Mata itu menatap Bintang dengan tatapan tajam.
Lihatlah baik-baik, kata badut.t Aku bukan badut, aku adalah joker.
Bintang gemetar. Badut yang kini tampak seperti joker mendekatkan dirinya di hadapan bintang. Dia berkata-kata cepat.
Joker masuk ke dalam kepala manusia. Bertanya-tanya, menantang, dan menggoda. Dia hadir seperti pilihan menarik yang tak bisa kauputuskan, tapi pada akhirnya harus kauputuskan. Joker ada untuk proses pendewasaanmu, Joker adalah tamparan di pipi saat kamu melakukan kesalahan dalam hidup, Joker adalah bisikan setan dan malaikat dalam jiwamu.
Joker tertawa lagi, dan tiba-tiba menghilang digantikan kabut. Bintang berdiri terkejut. Perlahan-lahan kabut memudar, memunculkan makhluk teramat indah yang berdiri gagah. Unicorn. Konon, Unicorn adalah makhluk luar biasa yang tak bisa dijinakkan dan darahnya merupakan obat mujarab yang mampu menyembuhkan segala penyakit. Unicorn dengan bulu putih berkilau itu merendahkan tubuhnya agar sang bintang bisa naik ke punggungnya.
Kabarnya, ada satu tempat yang jadi puncak dunia. Di sana, ketika kau menjulurkan tanganmu ke atas, kau bisa menyentuh lengkungan langit. Tapi tak ada yang tahu di mana tempat itu persisnya. Mitos, ah, entahlah. Perjalanan itu kabarnya hanya bisa ditempuh melalui perjalanan mata dan hati. Bintang menunggang unicorn melewati hutan belantara, samudra luas, dan kota-kota yang padat. Bintang mencari dan terus mencari tanpa istirahat atau tidur.
Tiga hari dua malam berlalu. Bintang duduk kelelahan di atas unicorn. Kilau sang bintang makin pudar. Tapi sesuatu terjadi kala itu. Perjalanan mata dan hati, kalimat itu terlintas dalam benak Bintang. Bagaimana aku melakukannya? pikirnya lagi. Dalam keletihan teramat sangat, Bintang memejamkan matanya sedetik, kedua tangannya memeluk leher unicorn sambil menyandarkan tubuhnya di punggung makhluk yang luar biasa indah itu. Dalam benaknya muncul wajah sang putri pemintal kata.
Hanya sedetik. Tapi itu cukup.
Unicorn terus bergerak menuju timur. Wajah perempuan sang pemintal kata berkelebat makin sering dalam benak Bintang sehingga membuat Bintang tak berani membuka mata. Takut kalau-kalau bahkan bayangan perempuan pemintal kata pun akan musnah jika dia membuka matanya.
Sang unicorn mengantar Bintang hingga tiba di pantai berpasir putih. Ketika Bintang membuka mata, unicorn sudah pergi sebelum dia sempat mengucapkan terima kasih. Matahari bersinar terik dan Bintang tak terbiasa terjaga pada siang hari. Bintang berbaring di pasir, kebingungan, dan mendengar suara perempuan pemintal kata yang berbisik di telinganya. “Sebentar lagi waktunya tiba.” Dia tak mengerti maksudnya apa, tapi Bintang menunggu dengan sabar.
Matahari perlahan-lahan turun di batas cakrawala.
Melihat pemandangan itu, Bintang tersenyum bahagia. Senyum pertama yang terukir di bibirnya sejak meninggalkan menara perempuan pemintal kata. Senja melebarkan sayapnya. Dunia semakin gelap.
Inilah yang ditunggu! Bintang menahan napas.
Dalam gulita, ia akan bersinar, terang menyala, berkuasa. Sinarnya akan menembus kegelapan, naik ke atas menara, menuju tempat di mana dia seharusnya berpendar.
Dan gelap pun mulai membayangi bumi....
@Alex, RahasiaBulan, 2007
0 comments:
Post a Comment