Seorang sahabat baik di kantor mengutip cerita yang baru dibacanya. Begini kisahnya,
Seorang gadis remaja berusia 16 tahun berlari masuk ke kamarnya dan menangis meraung-raung. Ada apakah gerangan? Oh, ternyata ayah si gadis ingin menikahkannya dengan lelaki yang usianya 2 kali lipat usianya. Dan jelas gadis itu menolak. Hari gini dipaksa kawin sama lelaki tua? Emangnya Sitti Nurbaya?
Sahabat saya menutup bukunya lalu berkata, “Habis baca bagian ini gue kepingin lempar tuh buku.”
“Kenapa?” tanya saya bingung.
“Tersinggung gue!”
Saya makin bingung. “Heh?”
“Dua kali lipat umurnya kan 32 tahun. Lebih muda daripada gue, lagi. Tiba-tiba gue jadi berasa tua...”
Kami pun ngakak bersama-sama.
Sebagai seorang lesbian, pada saat usia tiga puluhan ini, saya tidak merasakan bahwa saya sudah “tua”. Saya malah merasa hidup saya justru baru memulai suatu era baru. Suatu usia matang, yang menjadikan saya lesbian bijaksana dan jadi idola lesbian-lesbian muda, huahahaha.... *bercanda.*
Seorang sahabat lesbian yang usianya sudah nyaris mendekati 40 beberapa hari lalu meng-SMS saya, menyatakan bahwa dia mau memperkenalkan saya dengan pacar barunya yang berumur 26 tahun. Buset deh. Kebayang nggak sih kalo dia cewek straight usia 40-an? Kalo cewek straight seusia sahabat saya pacaran sama cowok seumuran gitu udah dibilang tante girang doyan berondong.
Buat perempuan heteroseksual usia 30-an sudah memasuki usia sulit untuk mencari pacar. Banyak yang akhirnya mencari cowok bule atau duda karena lelaki lajang berusia di atas 35 tahun kalau tidak gay konon biasanya cowok bermasalah---Ini katanya, lho-red) Buat perempuan lesbian, banyak yang dalam usia 30-an masih beredar alias masih mencari-cari pacar dengan aktif.
Lampu kuning sudah menyala buat perempuan hetero pada usia 30-an, terutama yang belum menikah. Salah satu hal adalah karena pandangan bahwa perempuan seharusnya menikah dan punya anak. Lampu kuning bakal lebih terang lagi jika usia perempuan sudah di atas 35 tahun, karena perempuan sudah memasuki usia rawan melahirkan. Dan pada usia 40 tahun, bisa dibilang perempuan (straight) memasuki masa kedaluwarsanya.
"Lex, Lex, kok bengong?" Hampir saya lupa pada sahabat saya yang wajahnya menampilkan curhat mode on.
"Sori, tadi ngelamun, ngitungin umur, hehehe..."
"Cariin gue pacar dong..."
"Lo pikir gue germo?"
"Nggak lah, germo kan dibayar, elo kan nggak."
Saya nyengir sambil menggerutu, "Kampret!"
Akhirnya sahabat saya bilang gini, “Eh, gimana kalo gini, gue sama elo aja. Gue rela deh pacaran sama elo, diduain sama Lakhsmi gue juga mau. Daripada nggak punya sapa-sapa.... Mau ya, mau, kan?”
Saya menampilkan wajah jijik. "Idih? Ama lo? Lo pikir udah nggak ada lesbian lagi di muka bumi ini, sampe mesti pacaran sama elo? Secara gue punya yayang yang lebih seksi dan bahenol daripada elo?"
Sahabat saya ngakak setengah mati. "Dasar kuya!" katanya, sambil melempar buku yang dipegangnya ke arah kepala saya.
Wakakakak.... beginilah yang terjadi di kantor jika karyawannya belum ngopi pagi.
@Alex, RahasiaBulan, 2007
Club Camilan
12 years ago
0 comments:
Post a Comment