Sejujurnya saya tidak menyukai film ini. Girl Play bukanlah film yang bisa dinikmati banyak orang, termasuk saya salah satunya. Tapi saya juga tidak bisa bilang ini film yang buruk. Ini hanya masalah selera.
Girl Play adalah film lesbian yang lesbian banget disutradari oleh Lee Friedlander. Secara realistis film ini mengangkat cerita lesbian dari dan untuk lesbian. Robin Greenspan dan Lacie Harmon berperan sebagai dua perempuan lesbian yang berperan dalam drama teater sebagai lesbian lalu saling jatuh cinta terhadap satu sama lain.
Robin adalah lesbian berkomitmen yang setia dengan pasangannya. Dan Lacie adalah lesbian player yang tak kenal kata komitmen. Ketika keduanya dikasting sebagai pasangan yang menjadi kekasih di pentas teater, keduanya harus mengerahkan sisi keintiman mereka terhadap satu sama lain. Hingga akhirnya Robin dan Lacie harus menelaah kembali keinginan dan hasrat mereka apakah sekadar “permainan” atau cinta sejati.
Girl Play penuh dengan monolog teater dan manifetasi solilokui sang sutradara. Buat yang tidak menyukai film ini, Girl Play akan jadi film yang membosankan setengah mati. Buat yang menyukainya, ini akan jadi film dengan penggambaran cerdas dan bukan film lesbian biasa. Film ini diangkat dari naskah teater berjudul “Real Girls” yang ditulis oleh Robin Greenspan dan Lacie Harmon, yang kemudian diadaptasi ke layar lebar oleh mereka plus Lee Friedlander yang juga menjadi penulis skenario di sini.
Karena saya tidak menyukai film ini, saya jadi bingung menuliskan resensinya. Bingung karena film ini tidak jelek-jelek amat sehingga tidak bisa saya caci maki sampai hancur tapi juga tidak bisa saya puji-puji setinggi langit. Yah, silakan saja nonton sendiri... dan cari tahu apakah kamu menyukainya atau tidak.
@Alex, RahasiaBulan, 2008
Club Camilan
12 years ago
3 comments:
film ini gw beli beberapa taun lalu di lapak dvd kecil dipojok jogja. pas gw baca resensinys siy kayaknya OK,kayak story telling. tapi gw ga nyangka kalo story tellingnya secara harfiah.nonton felm ini gw cepet2in.rada bosen..gw bukan tipe penonton yang mencari 'film cerdas' jadi gw setuju ma opini lo tentang felm ini lex..
ehm, btw, kayaknya koleksi pelem lo sama kayak yang gw punya deh hehehee
-mika-
Nah, rasanya film ini butuh 'pembelaan' dariku, deh. Hehe, aku lumayan suka film ini. Film inilah yang pertama kali ngasih aku gambaran tentang 'soulmate' di dunia nyata. Sebelumnya, gambaran ideal 'soulmate' yang di benakku cuma Xena & Gabrielle (sekadar info, gambaran 'soulmate' di dunia nyata-ku skrg Melissa Etheridge & Tammy Lynn). Mungkin karena ceritanya berdasarkan kisah nyata, jadi lebih hidup dan bisa lebih 'related' gitu. Aku juga ga suka film 'cerdas', tapi entah kenapa yang satu ini merasuk gitu aja ke hati. Bagiku film ini film yang 'sincere' dan cocok ditonton kalo lagi 'in mood for thoughts'. Heh heh. Bukan pembelaan yang baek, yah. Tapi yah, film ini cukup bagus, kok, walaupun bukan film yang menghibur.
Film ini emang nggak jelek kok, cuma masalah selera aja. Aku dan film ini nggak sama vibrasinya :)
Post a Comment