5:23 PM

Ketika Reuni Tiba

Posted by Anonymous |

Malam minggu yang lalu saya menghadiri acara reuni SMP-SMA sekalian merayakan ulang tahun ke-25 sekolah saya itu. Acaranya luar biasa seru, kocak, mengharukan. Ketemu dengan teman-teman lama dan guru-guru sekolah dulu serta mengenang kebandelan masa SMA takkan bisa terulang lagi seumur hidup. Dan menyadari betapa kami sudah berubah begitu banyak setelah 10 tahun lebih berlalu namun dalam banyak hal kami tetap anak-anak sekolah yang manis dan bandel.

Sekian lama tak bertemu, pertanyaan ala, "apa kabar", "udah nikah belum, anak lo berapa?", "bini/laki lo mana, kok nggak dibawa?" "kerja di mana?" pun berseliweran masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Jawaban-jawaban ngaco, liar, dan ngawur ala anak SMA pun terlontar. Kenangan-kenangan lucu dan memalukan saat sekolah dulu pun diceritakan ulang. "Ingat nggak dulu kita..."

Oya, salah satu alasan saya datang adalah beberapa bulan lalu saya bertemu adik kelas saya yang ajaibnya ternyata dia lesbian sekarang, hehehe. Dalam jutaan tahun pun saya tidak pernah menyangka bahwa sahabat yang mulanya saya temui di dunia maya itu adalah adik kelas saya.... :) Tidak, adik kelas saya itu tidak datang, dia sudah bilang bahwa dia ogah datang.... namun reuni kemarin membuat saya teringat keberadaannya pada masa seragam putih biru dulu ketika melihat sahabat-sahabat angkatannya datang menyapa.

Saya jadi berpikir siapa saja ya kira-kira sahabat SMP-SMA saya yang juga lesbian? Secara katanya 10% populasi manusia adalah homoseksual. Saya jadi berusaha mengingat-ingat siapa saja calon potensial lesbian dari masa lalu saya. Sedang asyik-asyiknya saya melamun, tiba-tiba sahabat saya Cindy nyeletuk, “Eh, si Rani kabarnya gimana ya? Ada yang tau? Dia menghilang gitu, kayak ditelan bumi.”

Entah bagaimana semua mata di meja makan memandang ke arah saya. Oke deh... “Yey, mana gue tau gimana kabar si Rani? Lagian udah lama nggak ketemu dia,” saya menjawab dengan agak defensif.
“Gimana bisa nggak tau? Lo kan deket sama dia dulu, sering raba-rabaan di sekolah,” Cindy makin bernafsu mencecar saya.
Beberapa teman SMP-SMA saya tahu bahwa saya lesbian, tapi itu pun saya beritahu setelah lulus kuliah. Hm, saya jadi bertanya-tanya apakah sejak SMA mereka sebenarnya pernah punya feeling bahwa saya lesbian?

“Emangnya gue gimana sama Rani dulu?” Rani tidak pernah jadi pacar saya walaupun kami punya hubungan “dekat”.
Seorang teman cowok, sebut saja namanya Andy, langsung nyeletuk, “Huahaha, Lex, elo tuh kayak pakai plang tulisan 'lesbian' di atas kepala elo.”
Saya mendelik, pura-pura marah. Dalam hati saya bertanya, Masa sih?

Cindy menepuk bahu saya, “Secara elo dulu pernah naksir gue, ya jelas lah gue ‘berasa’. Elo kan sering memandang gue dengan penuh cinta.”
Kontan sahabat-sahabat saya ngakak mendengarnya. “Beneran lo pernah naksir Cindy?” tanya sobat saya yang lain.
“Bener, dan sekarang gue sudah nyesel ngasih tau si Cindy, karena dia malah nyebar-nyebarin info ini. Hehehe... Mungkin karena ditaksir gue adalah kebanggaan. Maklum deh, gue kan orang ngetop gitu. Hahaha.”

“Eh, balik lagi ke Rani dong, gimana ceritanya dulu. Lo pernah sama dia, Lex?”
“Nggak pernah.”
“Halah, gue pernah liat kalian ciuman kok di kelas,” si Andy nyeletuk.
“Iya, iya, bener, gue juga liat.” Tiga sahabat saya yang lain langsung menambahi.
“Hah? Jadi lo cium cewek lain selain gue, Lex?” Cindy bertanya, pura-pura marah.
“Ya ampun, gue aja udah lupa ciuman itu. Itu cuma memindahkan permen dari mulut gue ke mulutnya. Lagian itu kan bukan buat konsumsi publik.”
“Yey, elo ciumannya di kelas... ya wajar dong kalo semua mata memandang.”
Daripada kena cecar terus, lebih baik menghindar.“Udah ah, gue mau ke WC.”
“Ikut dong.” Tiga sahabat perempuan saya ikutan berdiri. “WC-nya di mana sih?” Entah kenapa cewek kalau ke WC sering banget rame-rame.

Lalu berjalanlah kami beriringan ke toilet. Samar-samar saya mendengar Sally bertanya pada Cindy, “Emang bener lo pernah ciuman sama Alex?”
“Bener, waktu itu kan kita masih muda dan penuh eksperimen ya, Lex,” Cindy menjawab sambil cengengesan.
“Terus habis ciuman, ngapain?”
Saya dan Cindy menjawab berbarengan. “Ketawa ngakak.”
Saya menambahkan. “Ciumannya sih enak ya, Cin. Cuma rasanya nggak bener aja. Kayak incest, huahaha.”
“Iya, iya, gue juga berasa gitu. Bukan jijik sih, lebih ke perasaan geli. Geli bukan karena cium perempuan, tapi karena ciuman sama teman perempuan, hehehe. Lagian kagak ada setrumnya.”
“Maksud lo ciuman gue buruk?”
“Nggak sih, lo termasuk salah satu best kisser. Cuma entah gimana, nggak ada setrumnya aja. Secara gue bukan lesbi kali ye?”

Kami pun menghentikan pembicaraan saat memasuki WC. Di dalam toilet saya berpikir betapa bersyukurnya saya memiliki sahabat-sahabat yang baik, yang selama ini selalu ada untuk saya. Sahabat-sahabat yang walaupun kadang-kadang menyebalkan ternyata bisa menerima saya apa adanya. Mungkin sejak SMP-SMA signal-signal lesbian dari dalam diri saya itu sudah memancar tanpa saya sadari. Selama rentang waktu hampir 20 tahun persahabatan kami sejak masuk SMP, beberapa sahabat masih jadi teman dekat saya. Dan ada beberapa sahabat selalu memiliki arti istimewa dalam hidup saya, karena kami selalu bisa bersahabat tanpa memandang hal-hal lain di luar persahabatan kami, seperti gaya hidup, orientasi seksual, jenjang si kaya dan si miskin, atau perbedaan agama.

Ketika sedang membasuh tangan di wastafel, kami masih cekikikan nggak keruan seperti cewek-cewek belasan tahun ketika dua perempuan manis masuk ke WC. Saya memandangi dua perempuan muda itu dua detik lebih lama daripada seharusnya ketika dua sahabat saya berteriak, “Plis deh, Lex. Mata lo jangan jelalatan gitu dong! Haiyah... dasar lesbi, nggak bisa ngeliat barang mulus lewat!" Duh, ampun deh, gue. Kenapa juga punya temen yang mulutnya bocor gini. Karena dua cewek tadi jadi memandangi saya dengan tatapan "gimana gitu" ketika akhirnya saya bergegas keluar dari WC sambil diiringi cekikikan sobat-sobat saya yang rasanya ingin saya cekik saat itu. :)

@Alex, RahasiaBulan, 2007
* Semua nama di atas adalah nama samaran, kesamaan nama hanyalah kebetulan belaka.

2 comments:

Anonymous said...

wakakakak, ceritanya lucu, berasa kayak lagi ngalamin sendiri waktu baca.

Anonymous said...

Huahaha, it's funny and much entertaining. You're a witty person :p. It shows the bright side of Alex I think, since recently your post 'bout personal life has shown the darkness of yours life, confession 'bout your faults, and it's brought me sadness when I read it.
I really wish that you'll over it Lex... Hope that everything will be just fine, just like it used to be.

And finally, good luck... for chasing your own happiness :).

Subscribe