Udah lama saya nggak mereview dua film bertema lesbian sekaligus. Kali Memento Mori dan Lost and Delirious. Dua film ini memiliki setting cerita yang sama. Cewek-cewek SMA, kecenderungan lesbian, bunuh diri, dan cerita disampaikan dari sudut pandang orang ketiga. Sebenarnya kedua film ini sudah lama saya tonton, VCD Memento Mori dijual resmi di Indonesia pada awal tahun 2000-an dan Lost and Delirious juga saya tonton dalam format VCD. Beberapa hari lalu baru saya tonton ulang lagi. Memento Mori dirilis tahun 1999, dua tahun lebih awal dibanding Lost and Delirious (2001).
“Kenangan kematian” demikian terjemahan bebas untuk Memento Mori. Seorang gadis SMA bunuh diri dengan terjun dari gedung dan meninggalkan buku harian misterius. Min-ah (Kim Min-sun) menemukan diari tersebut dan tertarik membaca kisah yang diceritakan dalam buku harian itu hingga dihantui oleh arwah gadis yang bunuh diri itu. Melalui tampilan flashback vs masa kini, kita membaca jalinan kisah hubungan lesbian Shi-eun (Lee Young-jin), dan Hyo-shin (Park Yeh-jin), gadis pemilik buku harian.
Memento Mori merupakan salah satu film lesbian Korea pertama, dengan cerdas sang sutradara menyamarkan kisah cinta lesbian dalam bungkusan cerita horor yang memang jadi cult dalam film-film Asia kala itu. Apalagi konon film ini diangkat dari kisah nyata yang terjadi di sekolah khusus putri yang katanya berhantu di Korea. Persahabatan gadis-gadis SMA, gosip, serta pengkhianatan cinta pertama menjadi tema utama cerita Memento Mori, meskipun ujung film ini adalah film horor balas dendam arwah penasaran ala Carrie-nya Stephen King.
Lost and Delirious juga mengambil tema persahabatan ala gadis SMA, gosip, dan pengkhianatan cinta pertama. Film ini juga mengambil sudut cerita orang ketiga, yaitu Mary (Mischa Barton) yang menjadi narator kisah cinta antara Paulie (Piper Perabo) dan Tori (Jessica Pare). Walaupun diperankan oleh gadis-gadis Hollywood yaitu Piper Perabo pada masa sebelum Imagine and You dan sesudah Coyote Ugly, dan Mischa Barton (The OC), tapi Lost and Delirious dikategorikan sebagai film Kanada dan disutradari oleh Lea Pool asal Prancis.
Kisahnya ber-setting di asrama sekolah putri ketika Mary sebagai anak baru yang ditempatkan di kamar bersama Paulie dan Tori menyadari hubungan khusus antara kedua sahabat barunya. Tori yang panik saat hubungannya dengan Paulie ketahuan oleh adiknya yang juga berada di asrama yang sama buru-buru mengingkari hubungannya dengan Paulie. Tidak tahan digosipkan sebagai lesbian, akhirnya Tori menjauhi Paulie, yang tidak terima diputuskan oleh kekasih yang juga sahabat baiknya.
Lost and Delirious diperankan oleh gadis-gadis muda dengan akting menjanjikan, dan memang dari ketiga gadis itu kini Piper Perabo dan Micha Barton menjadi aktris yang dilirik di Hollywood. Film ini juga tidak buruk, walaupun tidak bisa dibilang film sempurna. Saya tidak bisa protes dengan ceritanya, karena memang begitulah yang terjadi. Cinta terlarang yang berakhir tragis bak Romeo and Juliet.
Dua film ini, walaupun dengan ending yang nggak enak dilihat, merupakan gambaran obsesi cinta remaja yang mungkin saja terjadi dalam realitas. Memento Mori dan Lost and Delirious menggambarkan tekanan homofobia di sekolah, kesadaran pertama kali pada orientasi seksual, dan pengalaman cinta pertama yang penuh gelora dan emosi hingga membuatmu rela mati demi cinta.
@Alex, RahasiaBulan, 2007
Club Camilan
12 years ago
1 comments:
i agree that the story was so unpredictable and extremely feel delirious and finaly end with lost..it s kind of love story between gurls..but so dramatic ang emotional..i luv it..
Post a Comment