2:52 AM

Tahun Baru

Posted by Anonymous |

Tahun Baru ini saya lewati dengan setitik aura kesedihan. Entahlah. Mungkin karena tahun kemarin saya mengalami banyak kehilangan dan perubahan dalam ritme kehidupan. Biasanya saya selalu menganggap Tahun Baru sebagai satu hari yang berganti dan lewat seperti hari biasa. Tidak ada kembang api. Tidak ada keliling kota. Tidak ada keramaian. Lebih seringnya, saya menghabiskan Tahun Baru di rumah. Menonton televisi. Tidur. Sama seperti hari-hari saya lainnya.

Menjelang akhir tahun dua orang sahabat baik saya memutuskan untuk pindah negara. Rasa kehilangan sejak mereka pergi menetes pelan-pelan hingga membuncah penuh pada hari-hari liburan menjelang tahun baru kemarin. Saya merasakan kehilangan yang amat sangat pada mereka, seakan setengah dari hidup saya terenggut begitu saja. Kami memang masih berkomunikasi lewat sarana teknologi yang tidak pernah bisa mengantikan keberadaan dan kehadiran fisik mereka. Tidak ada teknologi secanggih apa pun yang bisa menggantikan keberadaan persahabatan mereka dalam hidup saya.

Dua sahabat ini mendampingi saya dalam keadaan senang maupun susah. Mereka adalah sahabat straight yang mengenal saya hingga borok terbaru. Saya selalu memperkenalkan kekasih saya pada mereka, seperti memperkenalkan menantu kepada calon mertua. Tanpa anggukan dan acungan jempol dari mereka, saya belum merasa tenang. Berkat dukungan dan uluran tangan dan persahabatan mereka, saya bisa jadi manusia utuh seperti sekarang. Dan kehilangan mereka membuat saya oleng.

Tahun baru menyadarkan banyak dari kita betapa waktu bergerak amat cepat sementara kita hanya berdiri diam. Ah, mungkin saya salah. Kita juga bergerak dan berubah. Menjelang tahun baru saya mendapat kabar bahagia tentang kehamilan seorang sahabat saya yang lain. Saya ikut berbahagia untuk dia dan suaminya. Namun sayang ketika tahun baru masih dalam hitungan jemari satu tangan, saya mendengar berita bahwa dia keguguran. Rasa kehilangan ikut menghantam saya. Untuk pertama kalinya saya merasa Tuhan sedang bermain dadu, dan Dia berkata, “Ups kamu kalah!”

Seorang sahabat saya juga mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya. Dan saya cuma bisa berdiri memandangnya dari kejauhan. Saya kenal dia, dia pasti terlalu gengsi untuk mencari saya. Tapi dalam hati saya menyampaikan padanya bahwa saya ada untuknya jika dia membutuhkan teman. Apa pun yang pernah terjadi dalam hubungan kami berdua, saya juga tidak bisa membayangkan hidup di dunia tanpa dirinya.

Tahun Baru membuat otak sering kali jadi kurang kerjaan dan menjelajah sudut ruangan hingga menemukan kotak melankoli yang sudah lama berdebu. Saya menyingkirkan sarang laba-laba di tutup kotak itu, menyeka kotoran dan debu di sana, seraya mengingat-ingat isi kotak yang sudah lama tidak pernah saya buka. Mengambil napas dalam-dalam sebelum kotak itu terbuka, debu membuat hidung saya gatal, saya bersin sekali-dua kali ketika isi kotak mulai terlihat. Cahaya terang menyilaukan nyaris membutakan pada awalnya. Aneh rasanya ketika saya melihat isinya yang mulai tampak asing dan jauh. Kemudian saya tutup lagi kotak itu dan menyimpannya di pojok ruangan, yang entah kapan lagi akan saya buka.

Banyak orang tidak mau sendirian pada malam Tahun Baru. Saya ditemani kekasih dan sahabat melalui koneksi dunia maya, sementara di luar suara petasan dan kembang api bersahut-sahutan. Apakah itu dihitung sendirian? Berlanjut dengan maraton nonton TV dan DVD, mengutak-atik profil Facebook, ber-SMS dengan beberapa sahabat. Malam Tahun Baru idaman saya selalu berlangsung di rumah. Setiap kali saya bilang ke Lakhsmi bahwa saya “cewek rumahan” dia sering tertawa. Kurang ajar memang. Bahkan setelah lima tahun bersama dia masih sering ngetawain saya soal ini.

Idaman saya tentang acara malam Tahun Baru ideal adalah tinggal di rumah bersama “istri”, ketiduran di sofa nyaman dengan TV menyala ketika menunggu istri selesai mandi, menikmati midnight snack, dan suara musik jazz lembut mengalun di kamar temaram ketika kami ngobrol di ranjang yang mungkin berakhir dengan bercinta. Bukan percintaan panas dan menggebu dengan gairah bercinta pertama, tapi keintiman percintaan dengan seseorang yang sudah kaukenal luar-dalam. Bukan sekadar penyatuan fisik namun juga ledakan sel-sel otak yang membuatmu harus memejamkan mata kuat-kuat. Memikirkan semua ini saya jadi tersenyum.

Tujuh hari sudah tahun 2009 ini berlangsung, rasa kehilangan itu masih sedikit mencubit. Saya pikir lama-lama luka kehilangan itu mungkin akan menjadi keloid. Biarlah. Ritme kehidupan kini mulai berjalan dalam rel rutinitas yang terkontrol. Resolusi dan harapan perlahan-lahan mulai terbangun seiring dengan hari berlalu. Selamat Tahun Baru.

@Alex, RahasiaBulan, 2008

0 comments:

Subscribe