Salah seorang famili partner saya, sebut saja paman dari partner saya akhirnya ketauan gay oleh keluarganya. Saya belum pernah bertemu dengan sang paman, tapi partner saya bilang, sekali lihat pun dia tahu bahwa pamannya gay. Sang paman yang berusia lebih dari 40 tahun dan berpenampilan “sopan, manis, dan lemah lembut” baru ketahuan gay sekarang. Herannya tidak satu pun anggota keluarganya yang memerhatikan hal itu. Karena bukan ketahuan akibat coming out frontal yang dilakukan sang paman, keluarganya sendiri belum (mungkin takkan pernah) melakukan konfrontasi langsung dengan sang paman.
Kini setelah sang paman ketahuan gay, reaksi keluarga pun beragam. Ada yang masih berada dalam tahap pengingkaran, ada yang nggak tega untuk mempertanyakan lebih lanjut, ada yang tidak peduli, ada yang masa bodoh, ada yang menganggap ini sesuatu yang harus dirahasiakan, ada yang menganggap ini tabu. Dan entah reaksi apa lagi yang masih tersimpan dalam hati.
Mungkinkah sesungguhnya anggota keluarga yang lain sebenarnya sudah menyadari bahwa sang paman “beda”? Namun mereka memilih untuk merabunkan mata dari melihat perbedaan-perbedaan sang paman. Lebih baik hidup dalam tempurung “pura-pura tidak tahu” daripada dihajar kebenaran yang menyakitkan. Karena bagi banyak orang hetero, menuding anggota keluarga sendiri sebagai gay sama beratnya seperti si gay mengaku pada keluarganya bahwa dia gay.
Berbagai rasa, seperti keterkejutan, kebingungan, kesedihan, kesadaran menghantam mereka yang mendengar kabar bahwa orang terdekat mereka adalah gay/lesbian. Sahabat, saudara, anak, orangtua, atau kekasih mereka yang mendengar informasi tersebut butuh waktu untuk mencerna kabar yang mereka terima. Tidak mudah memang. Semoga bila saatnya tiba, mereka akan memandang orang terkasih mereka dari sudut pandang yang baru namun dengan kasih sayang yang sama.
Saya jadi ingat kata-kata Anne Rice--salah satu pengarang favorit saya--ketika mendapati putra tunggalnya, Christopher, ternyata gay. Anne Rice yang dekat dengan kaum gay serta sejumlah novelnya sesak dengan nuansa homoerotik, tetap saja sedih dan kaget ketika mengetahui putranya gay. Meskipun cintanya untuk sang putra tak kurang setetes pun setelah tahu, dia bilang “Saya menghabiskan sebagian besar hidup saya sebagai ibu untuk melindungi anak saya dari derita. Dan kini anak saya yang sudah dewasa memberitahu saya bahwa dia akan memilih jalan hidup yang jauh lebih menderita daripada jika dia menjalaninya sebagai orang heteroseksual.”
Club Camilan
12 years ago
0 comments:
Post a Comment