Ini adalah dua film remaja yang non-Hollywood namun amat layak ditonton. Kedua film ABG ini sudah lama saya tonton, dan nyaris tergeser oleh film-film lain dari benak saya. Beautiful Thing adalah film Inggris tahun 1996 yang bersetting di kota kecil London Tenggara, di kota yang kebanyakan dihuni warga kelas pekerja. Sebelum diangkat ke layar lebar, Beautiful Thing merupakan karya pertunjukan teater sebenarnya dibuat untuk televisi Channel Four Inggris.
Berkisah tentang Jamie (Glenn Berry), remaja introvert yang tidak suka olahraga dan sering di-bully teman-temannya. Diam-diam naksir teman sekelas yang juga tetangganya, Ste (Scott Neal). Ste sering dihajar oleh kakak lelakinya dan ayahnya yang pemabuk hingga suatu hari Ste kabur dari rumah dan mengungsi di rumah Jamie yang tinggal bersama ibunya. Karena ranjang yang sempit dan hasrat remaja, kemesraan pun timbul antara mereka. Ste panik dan meninggalkan Jamie lalu menghindarinya selama berhari-hari. Jamie pun tak kalah paniknya. Akhirnya kemudian mereka sama-sama menyadari ikatan yang tumbuh di antara mereka dan lebih baik bersatu dalam ikatan itu daripada melawannya.
Show Me Love juga bersetting di kota kecil, tepatnya di Åmål, Swedia (meskipun shooting dilakukan di Trollhättan). Film tahun 1999 dengan judul asli Fucking Åmål ini merupakan debut film karya sutradara Swedia, Lukas Moodysson. Berkisah tentang Agnes (Rebecka Liljeberg) yang penyendiri (digosipkan lesbian) dan tidak punya teman diam-diam naksir adik kelasnya, Elin (Alexandra Dahlström) yang populer. Meskipun memiliki banyak teman, populer, dan terkenal sering ganti-ganti cowok, Elin merasa hidupnya membosankan dan tidak sabar untuk bisa keluar dari kota kecil Åmål.
Entah bagaimana, Elin bisa jadi satu-satunya tamu yang hadir di ulang tahun Agnes. Dan di pesta ultah yang sepi itu mereka ditantang berciuman oleh kakak Elin. Dan ciuman itu membuka berbagai perasaan yang selama ini terpendam. Elin segera menjauh dari Agnes, panik saat menyadari bahwa dia juga punya perasaan yang sama terhadap Agnes. Agnes yang memang sudah menyukai Elin ikutan panik dan sedih. Kedua aktris remaja di sini, Liljeberg dan Dahlström menampilkan akting yang prima. Chemistry mereka juga pas dan tidak dibuat-buat.
Kedua film di atas bercerita tentang penerimaan diri remaja terhadap kenyataan diri bahwa mereka gay/lesbian. Ketakutan menghadapi kenyataan diri itu ditambah cinta remaja yang bersemi terhadap sahabat sesama jenis dituang dengan jernih dalam kedua film ini. Mungkin yang terbiasa menonton film Hollywood, akan sedikit gagap dengan gaya kedua film Eropa ini. Masalah bahasa juga bisa jadi kendala, jika mencari DVD-nya tolong cek teks subtitelnya. Show Me Love menggunakan bahasa Swedia. Beautiful Thing meskipun menggunakan bahasa Inggris, jika ditonton tanpa teks membutuhkan kecermatan penangkapan daya telinga yang kuat, karena aksennya yang amat sangat kental.
Realitas hubungan remaja gay/lesbian yang ditampilkan dalam kedua film di atas tampak mengesankan. Hubungan mereka terjadi begitu saja, tanpa rencana, tidak seperti film-film remaja Hollywood yang kadang-kadang penuh polesan. Ending kedua film ini bagi banyak pihak mungkin terlalu mengawang-awang. Terlalu tidak realisitis. Terlalu tidak Hollywood. Ending yang tidak benar secara politis. Ending yang membuat kita ikut tersenyum bahagia melihat kebahagiaan anak-anak remaja belasan tahun itu ketika menemukan cinta pertama mereka.
@Alex, RahasiaBulan, 2007
PS: Nonton Fucking Amal di Jiffest lupa tahun berapa, Beautiful Thing di British Council th. 1998.
Club Camilan
12 years ago
0 comments:
Post a Comment