4:51 PM

Buku: The Night Watch - Sarah Waters

Posted by Anonymous |

Sarah Waters adalah salah satu dari sedikit penulis yang berkonsentrasi pada genre buku-buku lesbian. Jika Julie Anne Peters mengambil topik remaja dalam novel-novelnya dan Alison Bechdell menuangkan karyanya ke bentuk novel grafis, Sarah Waters memusatkan dirinya dalam bidang fiksi novel, terutama fiksi sejarah.

The Night Watch adalah novel keempat penulis asal Inggris ini. Tiga novel sebelumnya Tipping the Velvet, Affinity, dan Fingersmith berkisah tentang kehidupan lesbian pada era Victoria abad 19. Sarah Waters yang mantan dosen ini memiliki gelar PhD dalam bidang sastra Inggris, dan novel pertamanya, Tipping the Velvet terinspirasi dari tesisnya dalam bidang lesbian historical fiction.

Dalam novel barunya, The Night Watch, Sarah Waters meninggalkan Inggris abad 19 dan mengambil setting di London pada masa Perang Dunia II. Cerita dibuka pada tahun 1947, dengan memperkenalkan empat tokoh utama; tiga perempuan dan satu lelaki yang hidupnya saling bersentuhan. Kay, yang bekerja sebagai sopir ambulans pada sif malam. Helen, yang hidup bersama dengan kekasihnya yang penulis, Julia. Vivian, yang menjalin hubungan gelap dengan tentara yang sudah beristri. Dan Duncan, saudara lelaki Viv yang menjalani hukuman di penjara.

Butuh waktu empat tahun bagi Sarah Waters untuk menulis novel ini. Dia melakukan riset mendalam tentang London pada tahun 1940-an dan masa Perang Dunia II. The Night Watch dimulai dari kesedihan dan kesepian yang dirasakan tokoh-tokohnya pada bab-bab awall, namun diakhiri dengan ending yang optimis. Bab berganti dan sedikit demi sedikit hubungan antara tokoh-tokoh itu terungkap melalui kehidupan masa lalu mereka. Kay ternyata pernah mengenal dan membantu Vivian. Dan Helen bertemu dengan Julia melalui Kay.

Cerita dimulai tahun 1947, makin ke belakang cerita mundur ke tahun-tahun sebelumnya, tahun 1944 di bagian tengah, dan ditutup pada tahun 1941. Hanya penulis dengan jam terbang tinggi yang mampu menulis seperti ini. Teknik menulis dengan alur mundur membutuhkan kepiawaian dan pengalaman agar tidak membuat isi novel jadi berantakan tidak keruan. Tidak heran jika The Night Watch masuk nominasi Booker Prize dan Orange Prize seperti halnya novel Waters sebelum ini, Fingersmith.

Secara pribadi, saya lebih menyukai Fingersmith, mungkin karena The Night Watch ini lebih melankolis dan lambat dibanding Fingersmith. Tapi jika Anda menyukai novel sejarah, atau lebih tepatnya novel sastra, sejarah, dan lesbian, The Night Watch adalah buku yang harus Anda baca.


@Alex, RahasiaBulan, 2007

0 comments:

Subscribe