The Color Purple adalah novel karya Alice Walker yang memenangkan Pulitzer tahun 1983. Buku ini kemudian diangkat ke layar lebar tahun 1985 oleh Steven Spielberg dengan peran utama Whoopi Goldberg. Meskipun sutradaranya Yahudi, tapi ini adalah film kulit hitam sehitam-hitamnya. Dan kita akan membahas buku maupun filmnya di sini.
Saya menonton filmnya lebih dulu sebelum membaca bukunya. Dan jelas, setiap buku yang diadaptasi ke film pasti mengalami sejumlah perubahan. The Color Purple adalah kisah yang amat sangat feminis, ditulis dengan gaya menulis diari/surat dengan tata bahasa ala kadarnya, yang sedikit mengingatkan saya pada gaya penulisan Pengakuan Pariyem (1981) karangan almarhum Linus Suryadi.
Diari itu ditulis oleh Celie, seorang gadis kulit hitam yang sejak kecil sudah mengalami tekanan dari laki-laki dalam hidupnya. Pada usia 14 tahun, Celie dihamili oleh ayahnya. Setelah melahirkan anaknya, Celie harus berpisah dengan anak yang dilahirkannya lalu dipaksa menikah dengan duda tua yang memiliki banyak anak. “Mr.----“ demikian Celie menulis nama suaminya di diari itu, menikahi Celie dengan tujuan untuk menjadi pelayannya, baik di ranjang maupun di rumah serta untuk mengurus anak-anak duda itu. Celie sering jadi bahan cemooh karena wajahnya yang jelek dan penampilannya yang bodoh. Dan Celie pun selalu pasrah terhadap sikap kasar suaminya.
Hingga kemudian datang Shug Avery, perempuan kulit hitam manis dan percaya diri, yang berprofesi sebagai penyanyi dan digila-gilai oleh Mr.---- alias Albert. Shug kemudian tinggal bersama Albert dan Celie, hingga di antara kedua perempuan itu timbul kedekatan yang membuka mata Celie terhadap diri keperempuanannya.
Dalam film, hubungan Celie dan Shug hanya dibahas sekilas, berkurang porsinya dibanding yang ada dalam novel. Dalam novel, perasaan Celie terhadap Shug tergambar lebih jelas. Tentang bagaimana perasaan Celie terhadap Shug, dan bagaimana dia belajar menjadi perempuan mandiri melalui eksplorasi seksual bersama Shug. Dari Shug yang ternyata biseksual, Celie belajar mengenali tubuhnya sendiri, belajar mengungkapkan perasaannya, dan belajar menemukan kekuatan di balik keperempuanannya yang selama ini tertindas.
Tapi The Color Purple bukanlah novel atau film lesbian. Hubungan lesbian antara Shug dan Celie fungsinya adalah membawa Celie ke jenjang pemahaman tubuh dan dirinya sendiri. Masih banyak cerita yang ada di sini, tentang represi kaum lelaki, tentang pandangan kaum kulit putih terhadap kulit hitam yang dianggapnya sebagai kaum rendahan. Dan terutama tentang kekuatan perempuan dan bagaimana mencapai kemerdekaan diri melalui kemandirian.
Anda bisa memilih, membaca atau menonton filmnya. Dua-duanya memiliki kenikmatan tersendiri. Whoopi Goldberg bermain amat bagus dalam film ini (kalau tidak salah ini debutnya dalam film). Filmnya sendiri mendapat 11 nominasi Oscar, tapi tidak memenangkan satu pun sehingga menimbulkan kontroversi yang lumayan heboh pada tahun 1985. The Color Purple kalah telak dari Out of Africa yang menjadi film terbaik "meskipun" hanya mendapat 7 nominasi.
Alice Walker, sang novelis, adalah seorang feminis dan aktivis dalam berbagai kegiatan seperti lingkungan hidup, hak asasi manusia atau hewan, dll. Dalam kehidupan personalnya Alice Walker dikenal sebagai biseksual. Dia pernah menikah dengan lelaki kulit putih namun kemudian bercerai setelah memiliki seorang putri. The Color Purple bisa dibilang karya masterpiece-nya sejak kariernya sebagai penulis yang dimulai pada tahun 1970-an. Oleh banyak kritikus, The Color Purple dianggap sebagai salah satu tonggak novel feminis yang menyuarakan tekanan yang dialami perempuan kulit hitam dalam budaya patriarki.
@Alex, RahasiaBulan, 2007
PS: Buku The Color Purple bisa dicari di toko buku Aksara. Nonton filmnya sampai jam 3 pagi di TV7 (sekarang, Trans7)
Club Camilan
12 years ago