4:28 PM

A Girl Named Alex

Posted by Anonymous |

Alex adalah nama kesayangan yang diberikan oleh tetangga saya. Mereka sekeluarga punya panggilan kesayangan untuk saya: Alex. Dan saya pun memanggil putri tertua keluarga tersebut dengan sebutan Alex. Nama yang secara bercanda dimulai dari singkatan Anak Jelek, kini melekat tanpa bisa dihapus. Bahkan mereka lupa siapa nama asli saya...

Imlek kemarin saya berkunjung ke rumah tetangga saya itu. Bertemu Alex dan adik-adiknya serta sang ibu, dan anggota keluarga mereka yang lain, yang tak henti-hentinya bertanya, “Kapan kawin?”

Kami semua tertawa, dan menjadikan pertanyaan itu sebagai bahan candaan. Saya jawab, “Wah, Tante, Alex duluan deh...,” kata saya sambil menunjuk putrinya.

Dan Alex yang putrinya, tertawa, sambil berkata, “Ah, Mama, aku nggak enak dong kalau melangkahi Alex. Kan dia lebih tua.”

Melihat kami berdua saling tunjuk, ibunya melambaikan tangan cepat-cepat. “Cape deh. Kalian berdua memang setipe. Sama saja! Ayo, makan!!!”

Saya mengenal Alex sejak dia masih SD dan saya duduk di SMA. Sebenarnya beda usia kami tidak terlampau jauh, hanya lima tahun. Akan tetapi saya baru benar-benar memerhatikan Alex ketika dia duduk di SMA dan menjadi gadis bahenol 16 tahun dan saya hampir lulus kuliah. Kala itu, hampir setiap malam dia datang ke rumah saya untuk makan atau nonton TV bersama.

Malam demi malam kami lewati sambil menonton Friends, Star Trek, dan entah apa lagi. Kami bicara tentang buku-buku yang kami sukai dan segala hal yang kami gemari. Untuk anak SMA, Alex punya pandangan jauh ke depan dan luas. Saya tidak pernah menganggapnya sebagai adik, tapi sebagai sahabat yang selevel. Kesamaan nasib juga membuat kami makin akrab. Hingga suatu hari saya memutuskan coming out padanya.

Masih terlintas dalam otak saya reaksinya ketika mendengar pernyataan saya itu. Jam 23.30 malam, kalau tidak salah. Dia begitu tenang, begitu menahan diri untuk tidak bereaksi berlebihan. Dan hubungan kami pun makin akrab setelah itu. Dia bertanya, saya menjawab. Saya bertanya, dia pun balas menjawab.

Ah, kala itu begitu mudahnya untuk kami saling jatuh cinta... Orangtua kami pasti takkan pernah curiga sedikit pun atas kedekatan kami. Tapi cinta tak pernah datang dalam hubungan kami.

Saya senang berbicara dengannya. Kami menikmati letupan-letupan suara kami yang bak petasan banting. Dan saat kami bicara, seluruh dunia ter-shut down, dan yang ada hanya suara kami.

Ketika saya sudah bekerja, dia duduk di bangku kuliah. Kami bisa bicara tentang pekerjaan saya selama berjam-jam di depan rumah, duduk di bawah sinar bulan, sambil makan nasi goreng atau sekoteng yang lewat. Tak peduli pada nyamuk dan asap knalpot yang sesekali membuat sesak. Kami bicara tentang buku, tentang film, tentang apa pun yang saya suka. Dia bicara tentang kuliahnya, cita-citanya, dan segala hal kecuali tentang hal-hal yang dibencinya.

Kemarin, kami bertemu lagi setelah sekian lama kami jarang bertemu akibat kesibukan pekerjaan kami. Dia sering kali ditugaskan ke kota-kota di luar Jakarta, hingga ibunya sering cemas setiap kali mendengar berita pesawat jatuh. Dan saya terlalu sibuk dengan hidup saya.

Kemarin, kamu bertemu sebagai dua perempuan dewasa. Dia berusia 28 saya 33. Kami bicara banyak sambil mengunyah kacang dan kue. Bicara tentang pekerjaan, fenomena blog dan milis serta dunia maya, bercerita tentang kota-kota yang pernah kami kunjungi, dan membahas pertanyaan menjengkelkan tentang, “Kapan kawin?”

Bicara dengannya lagi seperti me-recharge diri saya dengan hidup masa lalu. Berbagai bayangan masa lalu berkelebat lewat, begitu cepat. Obrolan makin hangat diiringi wine yang dibawanya pulang sehabis bertugas ke Australia tahun lalu.

Ah, betapa ternyata saya merindukan obrolan-obrolan semacam ini... dan betapa cepat waktu bergerak. Betapa umur kami bertambah dan kami memandang dunia dari mata yang berbeda. Dia bukan lagi anak SD yang saya lihat pertama kali di gerbang sekolah sambil menyeruput es. Dan saya juga bukan lagi kakak kelas pujaannya... Tapi bagaimanapun, kami akan selalu bersahabat... menjadi dua perempuan yang memiliki panggilan kesayangan bernama Alex.

@Alex, RahasiaBulan, 2008

2 comments:

Veridiana said...

Salam kenal,
I like this blog = )

Anonymous said...

hi veridiana,

salam kenal jg, terima kasih sudah mampir. i like your blog too :)

Subscribe