Valentine tinggal satu hari, baru tadi malam saya menyadari bahwa saya tidak membeli hadiah apa-apa untuk partner. Tadi malam sebelum tidur, ketika kami bergelung dalam kegelapan, di bawah selimut, dengan jemari bertautan saya berbisik padanya. “Sayang, aduh, aku nggak beliin kamu apa-apa untuk Valentine tahun ini.”
“Hehehe, aku juga belum,” jawab Lakhsmi sambil memperlihatkan senyum andalannya.
“Sayang, kamu mau apa untuk Valentine?”
“Aku mau kebahagiaan.”
“Kamu bahagia nggak sama aku?”
“Bahagia sekali.”
Saya raih Lakhsmi ke dalam pelukan dan mengecup puncak kepalanya.
Apa yang bisa kauminta dan kauberikan pada pasangan yang sudah bersamamu selama empat tahun? Pada orang yang kaulihat setiap hari, sejak bangun tidur hingga matamu terpejam di malam hari. Pada orang yang jadi sahabatmu untuk berdiskusi berbagi cerita tentang kejadian setiap hari yang terkadang begitu konyol dan nggak penting. Pada orang yang sudah kaukenal kebiasaan-kebiasaannya. Pada orang yang jadi tempatmu berbagi mimpi bersama. Pada orang yang jadi teman bercintamu.
Beberapa bulan terakhir adalah masa-masa penuh gejolak dalam hubungan kami. Ibaratnya, hubungan kami kala itu bak air tenang yang menghanyutkan. Dan kami pun hanyut... Kami bukanlah pasangan lesbian ideal dari negeri La-La-Land. Kami manusia biasa yang rentan dengan kesalahan. Beberapa bulan terakhir adalah masa yang berat untuk kami. Kami berjalan ke dua cabang jalan yang berbeda.
Bukan, ini bukan eksperimen atau akibat dari rasa bosan. Ini terjadi karena kami ternyata cuma manusia biasa. Manusia yang lemah dan tak berdaya ketika berhadapan dengan godaan dan sakit hati.
Kami sama-sama berdarah dan terluka. Hati kami tercuri, dan tak pernah sama lagi. Hati kami juga pecah, retak, bahkan sempat hancur berkeping-keping. Kami berdua memungutinya pelan-pelan, saling menjilat luka masing-masing. Membagi bahagia dan nestapa kami kepada satu sama lain.
Saya tidak bisa menebak apa yang akan terjadi di masa depan. Saya tidak yakin dia takkan tergoda untuk menoleh ke arah lain, demikian pula saya yakin saya akan tergoda menoleh ke arah lain. Tapi yang saya yakini pula, kami akan terus berjalan melintasi pemandangan yang terkadang indah dan terkadang menyedihkan, dengan tangan kami bergenggaman.
Saya menyadari bahwa dia tak tergantikan dalam hidup saya. Bukan karena dia kaya, terkenal, atau cantik... sama sekali bukan itu alasannya. Tapi bersama dia, saya seakan menemukan sebelah sandal yang selama ini saya cari. Dan meminjam istilah sahabat saya, kami seperti panci presto ketemu tutupnya. Kehilangan yang satu berarti membuatnya tak lengkap.
Tanpa melepaskan genggamannya, Lakhsmi tertidur perlahan-lahan di bahu saya. Di ambang sadarnya, saya berbisik. “Sayang, aku hanya mau bahagia sama kamu. Itu saja.”
Happy Valentine, Switipai! :)
Two roads diverged in a wood, and I—
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference.
--Taken from The Road Not Taken by Robert Frost
@Alex, RahasiaBulan, 2008
Club Camilan
12 years ago
3 comments:
SAYA HABISKAN beberapa menit malam ini untuk membaca blog ini...sebuah kejujuran...dan kesetiaan rergambar di setiap tulisan ini...aku tak tau siapa pemilik blog ini, betapa ingin aku mengenal dan bertukar pikiran soal L. aku tertegun...aku tak bisa bilang ini luar biasa...tapi ini mencengangkan...
hi, salam kenal dari pemilik blog ini.
makasih udah menghabiskan waktu untuk baca blog ini. :)
I do drop my tears reading this one...just like my life these recently days...thank you for sharing kak alex... I'm glad knowing I wasn't alone...;)
Post a Comment