12:32 AM

My Best Friend's Wedding

Posted by Anonymous |

Bulan Oktober ini saya mendapat dua undangan pernikahan daari sahabat-sahabat SMA saya. Huh! Jadi iri sama pasangan hetero yang bisa nikah legal :p. Sewaktu liburan lebaran kemarin sama bertemu dengan sang calon pengantin sekalian mengambil undangan kawinan.

“Nih, undangannya, Lex,”
Saya membaca nama yang tercantum di sana. “Alex dan Lakhsmi.”
Ini punya gue, kata calon pengantin yang lain, tak mau kalah. Nama yang tertera di sana, "Alex dan Lakshmi."
“Nanti lo sama Lakhs datangnya, kan?” tanya sahabat saya itu.
“Ya iyalah. Sama emak gue juga ya. Secara lo juga ngundang emak gue,”
“Hehehe, Alex datang bawa emaknya dan bini... Bini ama mertua gimana, Lex? Akur?”
Aku meninju sahabatku pelan. “Bini gue ce-es sama emak gue. Walaupun kadang-kadang obrolan mereka nggak nyambung bin tulalit. Soalnya Lakhsmi nggak bisa ngomong bahasanya emak gue. Tapi emak gue sayang banget sama dia. Kalau gue pulang, dia selalu nanya, gimana Lakhsmi? Anak-anak sehat? Dan Lakhsmi juga sering 'nitip' makanan buat mertuanya.”

“Oya, ngomong-ngomong soal anak. Nanti ajak si sulung dan bungsu ya. Leo (calon suaminya) suka banget sama si kecil.”
“Wah, kemaleman tuh. Kasian kalau dibawa. Udah lewat jam tidur. Lagian si bungsu sakit melulu. Ini aja lagi batuk pilek.”
“Yah padahal kepingin liat si sulung dan si bungsu. Yasud, tapi lo mesti stay buat foto-foto ya. Sama Lakshmi juga... Awas lo kalau buru-buru pulang. Pokoknya lo mesti ikutan foto! Musuhan kalau sampe nggak foto!!!”

Lalu dengan kebanggaan seorang mami-mami aku memamerkan foto anak-anak dan maminya yang ada di hapeku. “Lucu ya...”
“Abis nikah lo juga bikin deh buruan.”
“Aduh, Lex, kayaknya nggak dulu deh.”
"Kalau gue sih mau buru-buru, udah inget umur nih," kata calon pengantin kedua.
Seorang sahabat lain nyeletuk, “Bikinnya sih enak ya... Tapi ngurus anaknya yang ogah.”
Kami ketawa ngakak berlebihan di warung pizza itu.

Sang calon pengantin menjawab, “Gue nggak suka anak kecil.”
“Halah! Gue juga nggak suka. Tapi kalo punya anak sendiri pasti suka banget deh.”
“Gue nggak pernah ngerti lho bagaimana si Alex bisa punya mental jadi mami sejak sama Lakhsmi. Kalau bayangin Alex jadi lesbi sih bisa, jadi mami itu lho yang nggak kebayang.”
Saya menjawab, “Tau nggak sih, gue nggak akan menukar apa pun di dunia ini demi pengalaman punya anak. Sumpe deh. Lo mesti ngerasain... Paling-paling lo jadi zombie karena kurang tidur. Tapi semuanya worth it kok. Hahaha...”

Sejak lebih dari sepuluh tahun lalu saya sudah coming out pada sahabat-sahabat SMA saya bahwa saya lesbian. Pada teman-teman kuliah pun saya melakukannya. Pada rekan-rekan kerja di kantor pun saya out. Walaupun bentuknya bukan out loud hingga OB, hansip, dan Pak RT tahu. Pengetahuan ini tetap untuk kalangan terbatas. Hingga pernah ada satu-dua orang sahabat straight saya tertimpa gosip tidak sedap pacaran dengan saya. Tapi seringnya mereka malah jadi bangga-bangga nggak jelas gitu. Mending dianggap lesbi daripada perempuan nggak laku, katanya. Hari gini, nilai jual kita di mata lelaki bisa naik dua poin lho kalau dianggap punya kecenderungan lesbian, kata yang lain. Bikin lelaki merasa tertantang gitu. Ada-ada aja....

Saya selalu memperkenalkan pacar serius saya pada sahabat-sahabat saya. Dan biasanya “approval” dari mereka adalah sesuatu yang saya anggap penting. Saya ingat, salah satu sahabat saya menunjukkan tanda “thumbs up” ketika pertama kali bertemu Lakhsmi (waktu itu kamu memunggungi dia, Cay). Hahaha.... Malah salah satu sahabat straight saya yang hendak menikah ini merupakan tong curhat Lakhsmi, sewaktu saya bersikap jahat sama Lakhsmi. (Aku tahuuuu kucaykuuuu, karena dia pernah marah-marahin aku karena kamuuuuu...) Dan itu jadi menyebalkan karena saya jadi nggak bisa curhat sama dia kalau Lakhsmi jahat sama saya, secara mereka udah nge-gank-up gitu... huh!

Sejak awal hubungan saya dan Lakhsmi, approval dari sahabat-sahabat straight Lakhsmi juga amat penting. Saya ingat betapa berdebar-debarnya saya ketika akan diperkenalkan dengan “the gank”-nya Lakhsmi. Empat perempuan 30's something yang berasal dari beragam profesi. Dan salah satunya kebetulan sahabat baik dengan sahabat SMA saya yang tahu saya lesbian. Jadilah mereka sudah bertukar informasi sebelum bertemu saya. Dan percayalah informasi-informasi itu terdengar mengerikan. Hueheheh... Tapi jauh di dalam lubuk hati saya, saya tahu bahwa mereka akan menerima saya. Entahlah, sewaktu Lakhsmi mengakui hubungannya dengan saya pada mereka dan mereka bisa menerimanya, saya bisa merasakan aura penerimaan terpancar dari mereka melalui cerita Lakshmi.

Sejak awal pun kami tidak pernah takut mengakui hubungan kami pada mereka. Tidak sekali pun ada keraguan dalam diri kami untuk menyatakan hubungan kami secara terbuka pada mereka. Jauh di dalam hati kami, kami tahu bahwa mereka akan menerima kami. Malah kami lebih ragu bertemu dengan sahabat-sahabat lesbian dibanding bertemu dengan sahabat-sahabat hetero.

Waktu sudah membuktikan bahwa penerimaan mereka bukan basa-basi lip service. Sampai hari ini saya bisa bercakap-cakap dengan sahabat baik Lakhsmi, bahkan curhat saat Lakhsmi lagi keluar naganya pada saya. Sebagaimana Lakhsmi juga bisa mengobrol dan curhat pada sahabat baik saya saat saya keluar kucingnya pada Lakhsmi.

Dan kami sungguh beruntung dan terberkati dengan penerimaan sahabat-sahabat kami itu. Penerimaan mereka memberikan energi positif yang teramat besar untuk kami. Setiap kali habis bertemu mereka, saya dan Lakhsmi seakan baru diisi baterenya. Seakan ada ruang penerimaan yang tak kenal batas ketika kami duduk bersama untuk makan atau nongkrong. Dan pengakuan mereka terhadap hubungan kami adalah sesuatu yang sifatnya absolut, tidak ada keraguan sama sekali atas hal itu.

Dan mulailah saya ngelantur kebanyakan ngomong seperti biasa. Biasanya kalau sudah begini, Lakhsmi akan berkata, “Cay, kamu kebanyakan ngomong.” Hahahaha.... Eniwei, tulisan ini juga untuk mengingatkan saya bahwa saya mesti beli gaun cantik untuk ke kondangan nanti. Hm... bakal tampil femme abis deh... :)

@Alex, RahasiaBulan, 2008

13 comments:

Anonymous said...

loh kalau kak Lakhsmi naga, kalau kak Alex kok hanya kucing? hauehauehauehua lucu deh ceritanya! :D

salam kenal kakak-kakak berdua,
Ereen

Anonymous said...

Beli gaunnya sama aku ya? Nti aku yang pilihin. Percaya deh, aku jago banget untuk urusan satu ini ;)

Anonymous said...

sofanya kok lucu ...

De Ni said...

Lex, jadi penasaran lihat kamu pake gaun neh. he..he..

Elize said...

Mencomot ulasan Mrs. Lakhsmi tentang Buku The Female Brain, definisi menjadi "ibu" tidak selalu berarti menjadi ibu bagi anak-anak yang dilahirkannya, tetapi perempuan yang membimbing, menjaga, mencintai, dan menghidupi anak-anak lain (ibu angkat). Dan pengalaman menjadi "ibu" ini dapat mengubah struktur otak hingga bertransformasi menjadi "Otak ibu" yang akan bertahan selama-lamanya hingga perempuan itu meninggal.

Hmm, tampaknya inilah yang membuat Si Bulan tidak mau menukar apapun di dunia ini demi pengalaman punya anak. Her female brain telah bertransformasi menjadi "Otak ibu".

Tuhan tuh adil ya. Meski beberapa lesbian tidak memiliki anak kandung, ia tetap bisa mengecap rasa menjadi seorang ibu sebagaimana yang dirasakan oleh ibu kandung.

***

Btw, kayanya blognya ikut-ikutan transformasi niy... makin keren aja.

Anonymous said...

hm hm, gaunnya warna merah juga lex kayak sofanya??? :)

Shanz said...

wah, gaunnya jgn semerah sofa. ntar malah cuma kliatan kepala klo alex duduk disana.

btw, jd mom emang pengalaman yg ga bisa ditukar dengan apapun

Anonymous said...

@ereen, salam kenal juga... iya, dia naga aku kucing. hihihi, pokoknya lax ngerti maksudku... :p

@picank, huhuhuhu, jgn dipilihin yg ukuran km ya, nggak muat nanti :D

@OS, pengin duduk melulu di sofa baru

@de_ni, dijamin sekseh kalo aku pake gaun :p

@kian damai, hihihi, iya ditransformasi, biar ada tempat duduknya sekarang :)

@arie, blm tau nih. Merah? hmmm....

jakarta sunset said...

wew.. alex with her new face :)
pangling euy hehehe..
sukses yah lex nyari gaunnya.

Anonymous said...

brewwwww aku kaget masuk sini duduk kelamaan di sofa sambil mandangi bulan. kereeeeeeeeen leeeeex. aku ikutan ma kamu dan lax yaaaaa ikutttttt ikuuuut aku pake pakaian hansip ngawal anak-anak.


utanujan

Azel Circle said...

Pake gaun,Lex?? Keren dong,he he..
Sementara aku sendiri selalu salah tingkah dan gelisah kalo pake gaun,padahal katanya sih..bagus-bagus aja..Waka ka ka kakk..

Anonymous said...

kalo ke my girlfriend's wedding...bagusnya pake apa y? kain kafan?

Anonymous said...

I envy you both..really.

Subscribe