"Sometimes one creates a dynamic impression by saying something,
and sometimes one creates as significant an impression by remaining silent." (Dalai Lama)
Katakan padaku seperti apa suara kebenaran itu? Apakah suaranya itu bergaung lantang, membahana hingga ke pelosok desa? Ataukah suara kebenaran itu hanya bisa didengarkan melalui keheningan?
Suara kebenaran yang dilantunkan seseorang, dinyanyikan ceria oleh pendengar lain, menyebar ke seantero negeri. Diaransemen berulang-ulang sesuai mood si penyanyi, dibuat karaokenya, dipancarkan oleh anak-anak pengamen jalanan. Semua orang senang mendendangkannya setiap hari, seperti lagu-lagu dari radio yang membahana didengar kala perlu dimatikan saat membosankan.
Ada pula suara kebenaran lain yang disimpan dalam keheningan. Diperam dan meresap melalui sunya meditasi. Yang kemudian bergema dalam lantunan tanpa kata-kata, merasuk ke dalam benak mereka yang mau mendengarkan. Gema itu memantul, lalu menyebar ke dinding sukma, mengalir dalam darah.
Biarlah suara-suara sumbang, tuduhan, pengkhianatan versi XP, gosip paling pas, komentar-komentar sahih berseliweran dalam oksigen yang dihirup bersama-sama dengan riang gembira. Oksigen, untuk kebutuhan hidup. Oksigen, untuk mempertahankan diri. Oksigen, untuk yang lain-lain.
Biarlah semua orang mempercayai kebenarannya masing-masing. Apa pun yang kulakukan, pilihan apa pun yang kuambil, aku tetap salah, kau yang (tampak) benar - tanpa definisi yang jelas arti kebenaran itu.
Percuma, kan? Dan mungkin,
“Silence is sometimes the best answer" (Dalai Lama)
@Alex, RahasiaBulan, 2008
1 comments:
Eitz.. Dalai Lama, idola aku tuh
Post a Comment