Sekali lagi ingin iseng membagi cerita, membagi kebahagiaan dari buku-buku bagus yang saya baca. Sekali lagi pula, tidak apa-apa kalo tidak setuju dengan saya, karena daftar ini benar-benar murni berdasarkan selera pribadi. Dan ya, saya memang penggemar buku fiksi, jadi maaf kalo tidak ada buku nonfiksinya.
Brokeback Mountain - E. Annie Proulx
“Hah? Annie Proulx kan bukunya susah?”, demikian kata atasan saya di kantor. Yang kemudian dijawab, “Nggak kok, Mbak. Ini buku Annie Proulx yang paling gampang.” Bener deh, ini bukunya yang paling gampang, coba aja baca The Shipping News atau kumpulan cerpen Close Range: Wyoming Stories, yang mana di dalamnya terdapat novela Brokeback Mountain ini. Awalnya saya tidak percaya buku setebal 79 halaman ini bisa dibuat menjadi film berdurasi 2 jam oleh Ang Lee, tapi ternyata saya mengerti perasaan dan visi seorang Ang Lee setelah membacanya. Sudah lebih dari 10 kali saya membaca buku ini, mulai dari bahasa Inggris, lalu terjemahannya, bolak-balik sampai hafal. Sampai menangis. Sampai tersayat hati. Namun di situlah kenikmatan membaca Brokeback Mountain (Gunung Brokeback), karena ini adalah jenis buku yang bisa dibaca berulang-ulang kapan pun suasana hati memanggil dan setiap kali pula kita akan menemukan nuansa baru saat membacanya.
Dimsum Terakhir - Clara Ng
Buku ini bercerita tentang 4 perempuan yang harus pulang ke rumah orangtuanya karena ayah mereka sakit keras. Ditulis dengan gaya bahasa “ala Clara Ng” yang diselipi humor di sana-sini, namun tidak kurang menyentuh perasaan kita. Buku ini jadi istimewa karena Clara Ng bisa menyentuh berbagai isu sensitif seperti isu keturunan Cina di Indonesia, agama, perempuan, orientasi seksual dalam satu buku apik ini. Mengutip blurb dari Putu Fajar Arcana, “Dimsum Terakhir melakukan gugatan tidak dengan maksud menjadi hero, tetapi menyalakan “lampu kuning” bahwa ada hal yang harus diperbaiki dalam perikehidupan kita.”
The Kite Runner – Khaled Hosseini
Pertama-tama izinkan saya memuji sampul buku ini, yang membuat saya langsung jatuh cinta pada buku ini. Kalau saya boleh main-main memberi nilai ala Amazon, buku ini akan saya beri nilai 4,5 bintang. Berkisah tentang. Amir, putra pengusaha kaya di Kabul, Afghanistan, dan persahabatannya dengan Hassan, putra pembantu Amir. Persahabatan antara dua anak beda derajat ini menjadi mengharukan dan tragis ketika Amir yang pengecut harus mengambil keputusan yang disesalinya seumur hidup. Buat saya, buku ini hanya “terpeleset” sedikit di bagian klimaksnya, sehingga jadi agak Hollywood, tapi buat saya ini masih jadi salah satu novel terbaik yang saya baca tahun ini.
Between Mom and Jo – Julie Anne Peters
Seperti Sarah Waters yang mengangkat topik lesbian dalam novel-novelnya, Julie Anne Peters juga sering mengangkat topik GLBT dalam novel-novelnya, terutama isu-isu GLBT dalam dunia remaja. Salah satu bukunya yang berjudul Luna, tentang remaja lelaki yang merasa dirinya perempuan sudah diterbitkan di Indonesia. Kini dalam Between Mom and Jo, Julie Anne Peters memberanikan diri untuk menyentuh isu orangtua. Sepasang orangtua lesbian yang memiliki putra remaja berusia 15 tahun sedang berada di ambang perpisahan, dan si anak yang tadinya bangga dengan dua ibunya, kini harus menghadapi “perceraian” dua ibunya. Buku ini mengingatkan kita tentang arti keluarga dan bagaimana cinta dan kasih sayang bertahan dalam diri kita.
Godfather – Mario Puzo
Wah, saya benar-benar telat membaca mahakarya Mario Puzo ini dan mari kita salahkan Gramedia yang baru menerbitkan terjemahannya tahun ini :p. Saya bukan penggemar fanatik filmnya dan tadinya saya menganggap bukunya “biasa-biasa saja”. Ketika saya mulai membaca, makin lama saya sadar mengapa banyak orang yang jadi penggemar fanatik Godfather. Tokoh-tokoh dalam buku ini, seperti Don Vito Corleone, Michael Corleone, dll, begitu hidup, begitu bernyawa sehingga saya terenggut masuk dalam kisah hidup sang Godfather. Dan buku fiksi ini dianggap sebagai buku panduan kejahatan terorganisir di Amerika Serikat meskipun Mario Puzo berkeras menyatakan bahwa kisah yang ditulisnya fiksi semata.
Cerpen Lelaki yang Menetas di Tubuhku (Kumpulan Cerpen Dunia di Kepala Alice) – Ucu Agustin
Entah kenapa satu cerpen ini terngiang dalam otak saya. Khusus satu cerpen berjudul Lelaki yang Menetas di Tubuhku dalam kumcernya Ucu Agustin ini yang tidak bisa saya usir jauh-jauh dari kepala saya. Cerpen yang berkisah tentang perempuan yang merasa dalam dirinya "menetas" laki-laki ini pernah dimuat di harian Jawa Pos, 13 Agustus 2005, dan baru saya baca pertama kali ketika sudah dimuat dalam kumpulan cerpen Dunia di Kepala Alice. Dalam kumcernya sendiri ada 11 cerpen yang berisi berbagai tema antara lain child abuse dan homoseksualitas. Metafora puitis dan sajian eksplorasi bentuk yang dilakukan Ucu Agustin dalam cerpen-cerpennya membuat saya terpukau. Dan sama seperti kata Ayu Utami, “Di antara para penulis muda, Ucu Agustin adalah salah satu favorit saya.”
Buku-buku lain yang juga layak dibaca: Night Watch – Sarah Waters, American Gods - Neil Gaiman, Fun Home - Alison Bechdel, Dicintai Jo - Alberthiene Endah
Club Camilan
12 years ago
0 comments:
Post a Comment