Ayo, buat lesbian yang baca blog ini, angkat tangan kalau di antara kalian masih berteman baik dengan mantan kalian. Yap, yap, yap... Saya melihat banyak tangan teracung. (Termasuk saya :p)

Saya punya beberapa mantan (d’uh) dan saya masih menjalin hubungan akrab dengan beberapa dari beberapa mantan itu, yang kadang-kadang menimbulkan kecemburuan dari pasangan saya. Bukannya saya sengaja mau bikin partner saya cemburu atau apa dengan bersahabat dengan mantan, tapi keakraban saya dan mantan-mantan saya itu dilandasi rasa persahabatan yang tulus bukan karena masih belum melupakan cinta lama.

Kenapa ya fenomena ini terjadi di kalangan lesbian? Berbagai kemungkinan jawaban melintas dalam benak saya. Mungkin kita tetap menjalin hubungan baik dengan mantan karena susah cari sahabat sesama perempuan/lesbian yang sudah memahami diri kita apa adanya. Lagi pula, seperti kata seorang sahabat saya, "Pantang dong nyari musuh di zaman yang serba susah gini." Dan masih menjalin hubungan dengan mantan kan berarti kita bisa memperluas jejaring persahabatan antar sesama lesbian... halah, MLM banget sih?

Atau mungkin buat sebagian mantan masih ada yang berharap bisa balik lagi dengan pasangannya dulu, dan ciri-ciri mantan seperti ini biasanya rese, menyebalkan, dan mengganggu seperti nasi yang nempel di kaki... (Hayo, ada yg ngangguk-ngangguk setuju, kan? :p)

Atau MUNGKIN karena pola hubungan lesbian itu sendiri. Saat kita berkenalan atau copy darat pertama kali dengan sesama lesbian, yang pertama kali kita pikirkan adalah, “ini cewek kira-kira bisa gue pacarin nggak?” Jika sekiranya bisa, selanjutnya adalah pacaran, dan sebagaimana ciri khas suatu hubungan (straight atau homoseksual), kalau sekiranya perempuan itu tidak cocok atau apalah, hubungan tersebut putus. Dan hal positifnya... Kalau punya banyak pacar, ya mantannya juga banyak, dan artinya teman kita juga bakal banyak, kan? (d’uh)

Perempuan, sebagaimana yang sudah jadi rahasia umum, merupakan makhluk yang lebih peka perasaannya dan gemar curhat bahkan mereka yang lesbian sekalipun. Please, jangan bilang saya merendahkan kaum saya sendiri. Perusahaan tempat saya bekerja sudah melakukan survei pasar dan percayalah bahwa saya tidak salah dalam hal ini. Jadi dalam jalinan hubungan lesbian, selain ada ikatan fisik, terdapat ikatan emosional yang kuat antara dua perempuan yang peka perasaannya dan gemar curhat tadi. Saat hubungan buyar, kita tidak mau kehilangan tempat curhat dari seseorang yang pernah jadi tempat gantungan emosi kita. Jadi setelah putus hubungan asmara, kita tetap menjalin hubungan dengan mantan karena kita sudah merasakan satu kenyamanan yang tercipta dengan mantan tersebut dan kita tidak mau kehilangan kenyamanan itu.

Apakah hal ini berarti pasangan kita yang sekarang seharusnya waswas dan jadi waspada jika kita dekat dengan mantan kita? Saya rasa tidak. Seperti seorang sahabat saya yang memiliki partner yang masih menjalin hubungan baik dengan mantannya, dia bilang, “Kenapa mesti takut? Saya yakin saya yang terbaik untuk dia (partnernya, red), kalau tidak dia pasti masih bersama mantannya sekarang, bukan dengan saya.”

1 comments:

Anonymous said...

yup setuju juga....oia ku da penelitian tentang ini, boleh share pengalamannya?

Subscribe