Apa saja sih alasan bagi perempuan untuk menikah? Banyak kemungkinan jawaban yang muncul. Karena cinta. Karena sudah sewajarnya perempuan dan lelaki menikah. Karena tujuan pacaran kan menikah. Karena sudah dijodohkan. Karena tidak mau tua sendirian. Karena tidak mau jadi perawan tua. Karena sudah kepalang hamil. Karena kepingin punya anak sebelum terlalu tua untuk hamil. Karena sudah malas mencari lelaki lain. Banyak lagi karena-karena lain yang bakal terlalu banyak untuk ditulis di sini.
Tapi berdasarkan apa yang terjadi di teman-teman saya, kebanyakan perempuan (lesbian) memutuskan menikah karena tidak tahan atas desakan orangtua. Mungkin 9 dari 10 lesbian yang menikah dengan laki2 melakukannya karena merasa terdesak. Terdesak cengkeraman kasih sayang dan/atau dorongan orangtua yang ingin putri tersayangnya cepat-cepat menikah.
Buat banyak lesbian, menikah adalah kesempatan untuk melepaskan diri dari orangtua. Melepaskan diri dari tekanan/ocehan/desakan dari orangtua yang bertanya-tanya kenapa dia tidak menikah/kapan akan menikah dst,dsb. Tapi apakah menikah dengan laki2 adalah solusinya? Mungkin jawabannya ya, untuk sebagian perempuan. Atau ini justru lolos dari mulut singa masuk ke mulut buaya?
Ada sahabat dan mantan saya yang kemudian memutuskan untuk menikah karena tidak tahan lagi didesak ocehan ibunya, dan “memungut” lelaki paling baik yang dekat dengannya untuk dinikahi. Apakah dia bahagia dengan keputusannya? Saya tidak tahu. Ada pula yang setelah menikah kemudian mempertanyakan kembali keputusannya sehingga mulai mempertimbangkan untuk bercerai. Ada pula yang kebetulan mendapat suami yang amat baik sehingga memutuskan belajar untuk mencintai suaminya itu. Ada pula yang punya pacar perempuan setelah menikah, dan menjalani kehidupan ganda. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi di sini.
Ada beberapa yang mencari berbagai cara untuk bisa “meloloskan diri” dari desakan menikah ini. Salah satunya mungkin dengan mencari pekerjaan atau menuntut ilmu sejauh mungkin ke luar pulau agar bisa tinggal terpisah dari orangtua. Atau memutuskan untuk tinggal terpisah dari orangtua. Akan tetapi sebagian orangtua di Indonesia kebanyakan belum memercayakan anak perempuannya tinggal terpisah sebelum menikah. Namun cara-cara itu semua tidak menjamin kita bisa lolos dari desakan pernikahan ini, secara teknologi makin canggih gitu lho... Mami-papi zaman sekarang kan ngerti internet dan tahu bahwa komunikasi sekarang murah. Biarpun raga jauh, tapi suara atau e-mail tetap sampai juga dalam hitungan sepersekian detik :p.
Jujur, saya tidak punya solusi atas "persoalan" ini. Apa pun pilihan yang diambil, menikah karena menuruti keinginan orangtua atau mencari jalan untuk meloloskan diri dari pernikahan, semua itu kembali ke diri kita sendiri sebagai anak. Kadang-kadang bukan hanya orangtua yang otoriter kepada anak yang membuat anak perempuannya yang lesbian terpaksa menikah, tapi kadang-kadang ikatan kasih sayang orangtua juga membuat kita terbelenggu oleh kasih sayang itu sehingga mau tidak mau kita tidak akan melakukan tindakan yang bakalan “menyakiti atau mempermalukan” orangtua.
Bagaimana dengan saya? Saya bukannya tidak mau menikah. Saya mau menikah, tapi dengan perempuan. Kalau perlu, saya rela menunggu hal itu sampai bulan kehilangan pijakannya di langit Kenapa saya ingin menikah? Karena pernikahan membuat seseorang punya rumah untuk pulang.
3 comments:
hai alex
emang benar tu yg lu ngmgn,g aja skarg punya rencana "meloloskan diri" dng pindah ke kota lain.meskipun bkn solusi yg baek.
umur g msh dibwh 25thn,orng2 sekeliling g dah bicara mslh pacar/pernikahan.dan untuk coming out...g gak punya keberanian sebesar itu.g takut skl.
hi, yg terpenting adalah membuat keputusan yg terbaik buat masa depan kita, secara finansial maupun secara kehidupan. Jgn hanya berpikir ini semata2 cara utk "meloloskan diri".
Coming out adalah pilihan, kalo blm siap, jgn lakukan.
cheers,
Alex
atau gimana kalo nikah sama gay? tentunya dengan gay yang chemistrynya sama, sehingga bisa jadi sahabat dekat. Sama2 nyari status, sama2 tertekan. Paling nggak, kita bisa jujur dan menjadi diri sendiri di rumah. \
saldee
Post a Comment