10:08 PM

Opini: Kapan Seseorang Sadar dirinya Homoseksual?

Posted by Anonymous |

Sesudah membaca blog ini, seorang rekan sekantor saya bertanya “Sejak kapan atau kejadian apa yang membuat seseorang menyadari dirinya homoseksual? Tadinya saya sudah membuat penjelasan panjang lebar untuk saya muat di blog ini, tapi kemudian saya batalkan karena penjelasan itu entah bagaimana melebar ke kiri dan ke kanan. Saya baru sadar bahwa jawabannya sederhana. “Saya sadar bahwa saya lesbian ketika saya patah hati habis-habisan dengan sesama perempuan namun tetap tidak kapok untuk menjalin hubungan dengan sesama perempuan.”

Dalam setiap hubungan, hetero atau homoseksual, risiko disakiti oleh pasangan dalam bentuk apa pun selalu ada. Saya pernah merasakan patah hati yang luar biasa dengan sesama perempuan hingga hati saya hancur berkeping-keping dan butuh waktu lumayan lama bagi saya untuk mengumpulkan serpihan hati saya lalu mengelemnya kembali satu per satu hingga utuh seperti sediakala.

Kalau di novel atau film kan ada beberapa kisah tentang perempuan yang jadi lesbian setelah disakiti laki-laki atau karena dendam kesumat pada ayahnya atau figur “bapak” lain dalam keluarga seperti paman atau kakak laki-laki, atau alasan-alasan lain yang menyebalkan. Seakan kita “jadi lesbian” itu akibat trauma tertentu. Please deh!

Saya orang yang percaya bahwa kita (manusia) tidak memilih menjadi homoseksual atau heteroseksual sama seperti kita tidak bisa memilih untuk lahir dengan hidung mancung, bulu mata yang lentik, atau bibir ala Angelina Jolie, atau terlahir dengan bakat seperti Mozart atau Leonardo Da Vinci. Bahkan kita juga tidak bisa memilih siapa orangtua kita, karena kalau bisa saya ingin jadi anaknya Papi Hilton.

Oya, tiba-tiba saya baru ingat satu alasan konyol lagi. “Hati-hati, jangan terlalu akrab sama dia lho, dia kan lesbi, nanti elo ketularan.” Hahaha, nasihat itu ditujukan untuk saya sewaktu saya kuliah agar saya tidak berteman dengan dengan seorang sahabat saya yang butch abis. Antara geli dan kesal, saya balas menasihatinya bahwa lesbian itu tidak menular, tidak seperti flu atau TBC.

Saya punya banyak teman hetero yang entah bagaimana kok nggak ada satu pun yang “tertular” oleh saya padahal mereka berinteraksi dengan saya setiap hari. Bahkan mereka sering saya pinjami DVD film lesbian, yang kata seorang sahabat saya asyik ditonton bareng suami. Seorang sahabat karib saya pernah ciuman dan raba-rabaan dengan sesama perempuan sewaktu dia SMA dulu, tapi karena memang tidak ada “bakat” lesbian dalam dirinya, ya dia tetap straight sampai sekarang. Dan “kebajaan” straight-nya tidak bisa dibengkokkan oleh saya sekalipun :p.

Meskipun pernah patah hati, putus cinta dengan sesama perempuan, tapi saya tidak kapok menjalin hubungan dengan perempuan. Tapi tidak sekali pun terbersit dalam pikiran saya untuk mencari laki-laki untuk mengobati luka hati itu. Ini bukan karena saya membenci kaum lelaki atau tidak pernah menemukan lelaki yang baik lho, tapi masalahnya, saya menemukan kenyamanan dan keamanan yang saya cari dalam diri perempuan. Dan dalam setiap fantasi tentang kehidupan “berumah tangga” pun saya membayangkannya dengan sesama perempuan. Ya, sama seperti sahabat saya yang kebajaannya tidak bisa dibengkokkan, baja saja justru sudah bengkok membentuk clurit dan tak bisa diluruskan lagi.


4 comments:

perempuan pemalu said...

alasan nya masih sangat kabur. bila penjelasannya memang demikian, laksana sesuatu yang dilahirkan memang demikian adanya. mungkin memang demikian berada, namun, toh tetap saja ini merupakan anomali (setidaknya dalam dunia medical, yang saya nggak tau persisnya). sumpah, sama sekali saya tak punya pretensi penilaian, saya hanya takjub, akan adanya sebuah hal, bukan takjub oleh orang lesbi, namun akan perasaan itu. perasaan yang bisa tumbuh...

Anonymous said...

Hi hanya perempuan,

Mungkin memang ada hal2 yg tak perlu dimengerti... Hanya perlu dirasakan utk dipahami.

Unknown said...

thanks buat opini2nya...
tulisan anda menarik dan tidak membosankan.

alex kok lu keren bgt sih said...

halo alex,gua baru baca2 blog ini. suka bgt dg line lu blg kl orientasi seksual bkn pilihan :)

Subscribe